1.
Eliminasi
yang Terjadi pada Ibu Hamil
Trimester
I :
frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing tertekan oleh pembesaran uterus,
BAB normal konstitensi lunak.
Trimester
II
: frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar dari rongga panggul
Trimester III
: frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP (Pintu Atas Panggul),
BAB sering obstipasi (sembelit) karena hormone progesterone meningkat.
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering
buang air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone
yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain
itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya
konstipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi
makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika lambung dalam
keadaan kosong. Meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan kosong
dapat merangsang gerak peristaltic usus. Jika ibu sudah mengalami dorongan,
maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi.
Sering buang air kecil merupakan keluhan
yang umum dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal
tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Ini terjadi karena pada awal kehamilan
terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantung kemih sehingga kapasitasnya
berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga
menyebabkan desakan pada kantung kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk
mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan
dehidrasi.
Masalah
buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar. Dengan
kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih
basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trichomonas) tumbuh sehingga wanita
hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu,
sehingga sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa)
yang memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi
kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan sekitar alat kelamin.
Wanita perlu mempelajari cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan
dari depan ke belakang setiap kali selesai berkemih atau buang air besar dan
harus menggunakan tissue atau lap atau handuk yang bersih setiap kali
melakukannya. Membersihkan dan mengelap dari belakang ke depan akan membawa
bakteri dari daerah rektum ke muara uretra dan meningkatkan risiko infeksi.
Sebaiknya gunakan tissue yang lembut dan menyerap air, lebih disukai yang
berwarna putih, tidak diberi wewangian karena tissue yang kasar diberi
wewanggian atau bergambar apat menimbulkan iritasi. Wanita harus sering
mengganti pelapis atau pelindung celana dalam.
Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap
hari. Mereka harus cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan
sengaja mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih. Apabila perasaan ingin
berkemih muncul jangan diabaikan, menahan berkemih akan membuat bakteri didalam
kandung kemih berlipat ganda. Ibu hamil harus berkemih dulu jika ia akan
memasuki keadaan dimana ia tidak akan dapat berkemih untuk waktu yang lama
(misalnya naik kendaraan jarak jauh). Ia harus selalu berkemih sebeblum
berangkat tidur di malam hari. Bakteri bisa masuk sewaktu melakukan hubungan
seksual. Oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk berkemih sebelum dan
sesudah melakukan hubungan seksual dan minum banyak air untuk meningkatkan
produksi kandung kemihnya.
Defekasi
menjadi tidak teratur karena :
1. Pengaruh
relaksasi otot polos oleh estrogen
2. Tekanan
uterus yang membesar
3. Pada
kehamilan lanjut karena pengaruh tekanan kepala yang telah masuk panggul
Konstipasi
di cegah dengan :
1. Cukup
banyak minum
2. Olahraga
3. Pemberian
laksatif ringan seperti jus buah-buahan
2.
Hal-hal
untuk mengatasi terjadinya eliminasi pada masa kehamilan
BAK
: untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan
menjaga kebersihan sekitar alat kelamin
BAB
: perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus halus dan usus besar sehingga
pada ibu hamil sering mengalami obstipasi, untuk mengatasi di anjurkan
meningkatkan aktifitas jasmani dan makan bersehat. (Manuaba, 1998:96)
Menjaga
kebersihan vulva setelah BAK/ BAB bisa dilakukan dengan cara tidak hanya bagian
luar saja yang dibersihkan tetapi juga lipatan-lipatan labia mayora dan minora
serta vestibula. (Ibrahim, 1993:59)
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan,
bahkan cukup lancer, untuk memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih
yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin. Perubahan hormonal
mempengaruhi aktivitas usus halus dan besar, sehingga buang air besar mengalami
obstipasi (sembelit).
Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang
disebabkan karena menurunnya gerakan ibu hamil, untuk mengatasi sembelit
dianjurkan untuk meningkatkan gerak, banyak makan makanan berserat (sayur dan
buah-buahan). Sembelit dapat menambah gangguan wasir menjadi lebih besar dan
berdarah.
3.
Faktor
yang Memengaruhi Eliminasi Urine
a.
Diet dan asupan
Jumlah
dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah
urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain
itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
b.
Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat
menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi
ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine
c.
Gaya hidup
Perubahan
gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait
dengan tersedianya fasilitas toilet.
d.
Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya
No comments:
Post a Comment