a.
Hamil
yang Tidak Dikehendaki/Diharapkan
Kalangan Remaja
Remaja
bisa bilang kalau seks bebas atau seks pra nikah itu aman untuk dilakukan. Akan
tetapi, bila remaja melihat, memahami
ataupun merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak
merugikan. Salah satu risiko dari seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak
diharapkan (KTD). Kehamilan yang tidak direncanakan sebelumnya bisa merampas
“kenikmatan” masa remaja
yang seharusnya dinikmati oleh setiap remaja lelaki maupun perempuan, tetapi
remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada
dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD (Kartini,1992)
:
1)
Mempertahankan
Kehamilan
Semua
tindakan tersebut dapat membawa risiko baik fisik, psikis maupun sosial. Bila
kehamilan dipertahankan risiko psikis yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak
perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau
mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang
penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab
sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan
sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa
malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau
tertekan, pesimis dan lain-lain.
2)
Mengakhiri
Kehamilan (aborsi)
Bila
kehamilan diakhiri dengan aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif. Secara
psikis pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik,
tertekan atau stress, trauma
mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa
akibat aborsi.
· Wanita Dewasa/Ibu yang
Sudah Menikah
Seseorang
ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka akan
mengganggu karirnya, karena akan
membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat anak-anak yang lain. Selain itu
mereka merasa tak dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat
anak. Penyebab terjadinya KTD pada wanita/ibu yang telah menikah antara lain
karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai.
b.
Hamil
dengan Janin Mati
Ibu
dari bayi yang meninggal pada periode perinatal mengalami penderitaan. Selama
kehamilan mereka telah mulai untuk mengenali dan merasa dekat dengan janinnya.
Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian
janin dalam kandungan akan merasa kehilangan. Pada proses berduka ibu
memperlihatkan perilaku yang khas dan merasakan emosional tertentu. Hal ini
dikelompokkan ke dalam berbagai tahapan, meliputi :
Ø Syok
dan Menyangkal
Ketika disampaikan
janinnya mati reaksi orang tua/ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan
menyangkal.
Ø Marah
dan Bargaining
Beberapa ahli menyebut
ini sebagai tahap pencarian karena orang tua mencari alasan tentang kematian.
Mereka biasanya mencari hal-hal yang mungkin mereka lakukan dengan berbeda.
Ø Disorientasi
dan Depresi
Emosi predominan pada
fase ini adalah kesedihan berduka dibarengi dengan kehilangan, mereka menolak
dan menarik diri, orang tua mungkin sulit mengalami kesulitan untuk kembali ke
kehidupan normal sehari-hari.
Ø Reorganisasi
dan Penerimaan
Fase
akhir dari berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktifitas
normal sehari-hari. Hal yang sangat individu ini mungkin membutuhkan waktu
beberapa bulan. Hal ini membutuhkan waktu berduka proses dari mengalami rasa
yang menyakitkan terhadap kehilangan, merelakan objek yang telah hilang dan mereorganisasi
hidup tanpa orang yang telah tiada. Energi emosional ditinggalkan dan dikurangi
serta menjalani kembali hubungan baru serta aktifitas baru.
c.
Hamil
dengan Ketergantungan Obat
Ketergantungan
obat telah menjadi masalah yang besar diberbagai negara, walaupun di Indonesia
masalah ini relatif masih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun
pemerintah telah mengambil kebijaksanaan membentuk badan resmi khusus untuk
menangani masalah ketergantungan obat.
1)
Pengertian
Ketergantungan
obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis) atau
kedua-duanya yang telah terjadi sebagai akibat pemakiaan obat secara
terus-menerus atau secara periodik.
Jenis
obat yang banyak menimbulkan ketergantungan yaitu :
Ø Jenis
cannabas (ganja)
Ø Jenis
opiat (morfin, heroin, pethidin)
Ø Jenis
barbiturat (magadon, nembutal, dan
sebagainya)
Ø Jenis
alkohol
2)
Dampak
Hamil dengan Ketergantungan Obat
Pemakaian
obat-obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun
janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik, dan emosional. Setiap orang tentu
menginginkan seorang bayi yang sehat dengan semua bagian badan terbentuk pada
tempat yang tepat. Wanita hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut
melahirkan bayi cacat dan mencoba sebisa mungkin untuk menghindari zat-zat
berbahaya yang mungkin
membahayakan perkembangan bayi mereka. Banyak kebingungan dan kegelisahan
tentang apa yang menyebabkan bayi cacat karena pengaruh obat-obatan. Kalau
terjadi keguguran dan ketidaknormalan pada bayi ibu merasa takut berlebihan, panik, gelisah dan
sebagainya.
3)
Tindakan
dalam Penanggulangan Ketergantungan Obat
Salah
satu tindakan perawatan pada ibu hamil dengan ketergantungan obat yaitu
mengadakan hubungan dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan tempat ibu
belajar menyesuaikan diri dalam menghadapi kehidupan. Keluarga sebaiknya
dilibatkan dan diajak mengetahui permasalahan yang dihadapi dan apa yang
dilakukan untuk menolong ibu, menerima keadaannya dan melanjutkan perawatannya
di rumah.
d.
Kemandulan
Pengalaman
membuktikan bahwa ketakutan serta kecemasan yang berkaitan dengan fungsi
reproduksi akan menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada coitus.
Pendapat yang keliru tentang reproduksi akan diinternalisasikan (dicernakan
dalam pribadinya) oleh wanita yang bersangkutan dan lambat laun akan menjadi
pengaruh psikis.
Pengaruh
psikis :
Ø Ketakutan-ketakutan
yang tidak disadari (di bawah alam sadar)
Ø Ketakutan
yang bersifat infantile (kekanak-kanakan)
Ketakutan
tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi saja, akan tetapi
berhubungan dengan kegiatan seksual. Adapun sebab-sebab dari ketakutan tersebut
biasanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sejak pubertas.
Contoh
ketakutan tersebut berupa :
Ø Ketakutan
oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejala muntah-muntah dan
perut menjadi kembung.
Ø Ketakutan
pada menstruasi hingga merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan
menstruasi.
Sehingga
faktor-faktor ketakutan tersebut yang menyebabkan kemandulan wanita tersebut
ialah rasa bersalah, yang biasanya berasal dari dalam diri kita sendiri yang
tidak disadari dan mempengaruhi kehidupan psikis.
e.
Hamil
di Luar Nikah
Kehamilan
di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh
didikan dari keluarganya berupa :
Ø Kurangnya
kasih sayang yang diberikan oleh keluarga terhadap anak perempuannya akibat
orang tua sibuk kerja, perceraian dan broken
home.
Ø Keluaraga
yang terlalu disiplin sehingga anak
tersebut memberontak untuk menunjukan kedewasaannya.
Reaksi
keluarga terhadap kehamilan di luar nikah :
· Dulu
: terhadap ibu dan bayinya dikutuk sebagai anak haram, diasingkan, terusir dari
kampung halaman.
· Sekarang
: Masyarakat menanggapi dengan sikap acuh tak acuh yang dianggap sebagai akibat
dampak sosial, ekomoni,
kemajuan teknologi dan komunikasi dari hasil modernisasi.
Reaksi
wanita yang mengalami hamil di luar nikah dapat terjadi :
Ø Melarikan
diri tanggung jawab, melakukan abortus, membuang anaknya, menitipkan anak ke
orang lain atau panti asuhan.
Ø Berusaha
melakukan aborsi dan bunuh diri.
Ø Melakukan
pekerjaan menjadi seorang ibu walau dengan keterpaksaan atau sukarela dan
akhirnya dapat menerima anaknya.
f.
Pseudosiesis
Pengertian
pseudosiesis adalah kehamilan
imaginer atau palsu. Gejala kehamilan palsu ini secara psikis lebih berat
gangguannya daripada peristiwa abortus. Biasanya tanda dan gejala yang timbul
seperti tanda hamil pasti yaitu :
Ø Berhentinya
menstruasi
Ø Membesarnya
perut
Ø Payudara
jadi besar
Ø Pinggul
jadi melebar
Ø Perubahan-perubahan
kelenjar endokrin, dan lain-lain
Pada
kehamilan pseudodiesis secara
psikologis ada sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali
menjadi hamil, sekaligus dibarengi ketakutan untuk merealisir keinginan punya
anak, sehingga terjadi proses inhibisi.
Keinginan-keinginan
tersebut dibarengi rasa bersalah dan dorongan untuk menghukum diri sendiri yang
kemudian dikompensasikan dalam bentuk agresivitas. Secara simultan berbarengan
muncul kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya ilusi belaka.
Oleh komponen yang kontradiktif ini wanita yang bersangkutan biasanya tidak mau
ke dokter untuk memeriksakan dirinya.
g.
Keguguran
Reaksi
wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangat bergantung pada konstitusi
psikisnya sendiri. Maka tak bisa dipungkiri, bahwa janin atau bayi yang
dikandungnya itu dirasakan sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri.
Dan berkepentingan terhadap ego wanita yang mengandung embrio tersebut.
Ø Faktor
penyebab terletak pada psikis dan jiwa.
Ø Wanita
hamil yang bersangkutan, mencari bantuan pada faktor penyebab tersebut,
melakukan abortus secara tidak sadar. Semua peristiwa berlangsung di luar
kemauan sendiri, didorong oleh harapan
yang tidak disadari.
Beberapa
sebab keguguran menurut pendapat psikiater :
· Adanya
penolakan dari ayah bayi
· Adanya
penolakan dari ibu bayi
· Ketakutan
untuk menjadi ibu
· Kecemasan
yang disebabkan dari stress pekerjaan atau perselisihan dengan suami maupun
dengan anggota keluarga lain.
No comments:
Post a Comment