Laman

Saturday, 2 February 2013

Gangguan Psikologi pada Masa Reproduksi Kehamilan


a.    Hamil yang Tidak Dikehendaki/Diharapkan 
    Kalangan Remaja
Remaja bisa bilang kalau seks bebas atau seks pra nikah itu aman untuk dilakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami ataupun merasakan akibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak merugikan. Salah satu risiko dari seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan yang tidak direncanakan sebelumnya bisa merampas “kenikmatan” masa remaja yang seharusnya dinikmati oleh setiap remaja lelaki maupun perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD (Kartini,1992) :
1)   Mempertahankan Kehamilan
Semua tindakan tersebut dapat membawa risiko baik fisik, psikis maupun sosial. Bila kehamilan dipertahankan risiko psikis yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan sangat dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti dihantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.
2)   Mengakhiri Kehamilan (aborsi)
Bila kehamilan diakhiri dengan aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif. Secara psikis pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi.
·      Wanita Dewasa/Ibu yang Sudah Menikah
Seseorang ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka akan mengganggu karirnya, karena akan  membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat anak-anak yang lain. Selain itu mereka merasa tak dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab terjadinya KTD pada wanita/ibu yang telah menikah antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai.

b.   Hamil dengan Janin Mati
Ibu dari bayi yang meninggal pada periode perinatal mengalami penderitaan. Selama kehamilan mereka telah mulai untuk mengenali dan merasa dekat dengan janinnya. Ibu yang mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan merasa kehilangan. Pada proses berduka ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan merasakan emosional tertentu. Hal ini dikelompokkan ke dalam berbagai tahapan, meliputi :
Ø Syok dan Menyangkal
Ketika disampaikan janinnya mati reaksi orang tua/ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan menyangkal.
Ø Marah dan Bargaining
Beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap pencarian karena orang tua mencari alasan tentang kematian. Mereka biasanya mencari hal-hal yang mungkin mereka lakukan dengan berbeda.
Ø Disorientasi dan Depresi
Emosi predominan pada fase ini adalah kesedihan berduka dibarengi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin sulit mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari.
Ø Reorganisasi dan Penerimaan
Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali ke aktifitas normal sehari-hari. Hal yang sangat individu ini mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan. Hal ini membutuhkan waktu berduka proses dari mengalami rasa yang menyakitkan terhadap kehilangan, merelakan objek yang telah hilang dan mereorganisasi hidup tanpa orang yang telah tiada. Energi emosional ditinggalkan dan dikurangi serta menjalani kembali hubungan baru serta aktifitas baru.

c.    Hamil dengan Ketergantungan Obat
Ketergantungan obat telah menjadi masalah yang besar diberbagai negara, walaupun di Indonesia masalah ini relatif masih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun pemerintah telah mengambil kebijaksanaan membentuk badan resmi khusus untuk menangani masalah ketergantungan obat.
1)   Pengertian
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental (psikologis) atau kedua-duanya yang telah terjadi sebagai akibat pemakiaan obat secara terus-menerus atau secara periodik.
Jenis obat yang banyak menimbulkan ketergantungan yaitu :
Ø Jenis cannabas (ganja)
Ø Jenis opiat (morfin, heroin, pethidin)
Ø Jenis barbiturat (magadon, nembutal, dan sebagainya)
Ø Jenis alkohol
2)      Dampak Hamil dengan Ketergantungan Obat
Pemakaian obat-obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik, dan emosional. Setiap orang tentu menginginkan seorang bayi yang sehat dengan semua bagian badan terbentuk pada tempat yang tepat. Wanita hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat dan mencoba sebisa mungkin untuk menghindari zat-zat berbahaya yang mungkin membahayakan perkembangan bayi mereka. Banyak kebingungan dan kegelisahan tentang apa yang menyebabkan bayi cacat karena pengaruh obat-obatan. Kalau terjadi keguguran dan ketidaknormalan pada bayi ibu merasa takut berlebihan, panik, gelisah dan sebagainya.
3)   Tindakan dalam Penanggulangan Ketergantungan Obat
Salah satu tindakan perawatan pada ibu hamil dengan ketergantungan obat yaitu mengadakan hubungan dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan tempat ibu belajar menyesuaikan diri dalam menghadapi kehidupan. Keluarga sebaiknya dilibatkan dan diajak mengetahui permasalahan yang dihadapi dan apa yang dilakukan untuk menolong ibu, menerima keadaannya dan melanjutkan perawatannya di rumah.

d.   Kemandulan
Pengalaman membuktikan bahwa ketakutan serta kecemasan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi akan menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada coitus. Pendapat yang keliru tentang reproduksi akan diinternalisasikan (dicernakan dalam pribadinya) oleh wanita yang bersangkutan dan lambat laun akan menjadi pengaruh psikis.
Pengaruh psikis :
Ø Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari (di bawah alam sadar)
Ø Ketakutan yang bersifat infantile (kekanak-kanakan)
Ketakutan tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi saja, akan tetapi berhubungan dengan kegiatan seksual. Adapun sebab-sebab dari ketakutan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sejak pubertas.
Contoh ketakutan tersebut berupa :
Ø Ketakutan oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejala muntah-muntah dan perut menjadi kembung.
Ø Ketakutan pada menstruasi hingga merasakan gejala nyeri dan sakit waktu mendapatkan menstruasi.
Sehingga faktor-faktor ketakutan tersebut yang menyebabkan kemandulan wanita tersebut ialah rasa bersalah, yang biasanya berasal dari dalam diri kita sendiri yang tidak disadari dan mempengaruhi kehidupan psikis.

e.    Hamil di Luar Nikah
Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh didikan dari keluarganya berupa :
Ø Kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh keluarga terhadap anak perempuannya akibat orang tua sibuk kerja, perceraian dan broken home.
Ø Keluaraga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak untuk menunjukan kedewasaannya.
Reaksi keluarga terhadap kehamilan di luar nikah :
·      Dulu : terhadap ibu dan bayinya dikutuk sebagai anak haram, diasingkan, terusir dari kampung halaman.
·      Sekarang : Masyarakat menanggapi dengan sikap acuh tak acuh yang dianggap sebagai akibat dampak sosial, ekomoni, kemajuan teknologi dan komunikasi dari hasil modernisasi.
Reaksi wanita yang mengalami hamil di luar nikah dapat terjadi :
Ø Melarikan diri tanggung jawab, melakukan abortus, membuang anaknya, menitipkan anak ke orang lain atau panti asuhan.
Ø Berusaha melakukan aborsi dan bunuh diri.
Ø Melakukan pekerjaan menjadi seorang ibu walau dengan keterpaksaan atau sukarela dan akhirnya dapat menerima anaknya.

f.     Pseudosiesis
Pengertian pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau palsu. Gejala kehamilan palsu ini secara psikis lebih berat gangguannya daripada peristiwa abortus. Biasanya tanda dan gejala yang timbul seperti tanda hamil pasti yaitu :
Ø Berhentinya menstruasi
Ø Membesarnya perut
Ø Payudara jadi besar
Ø Pinggul jadi melebar
Ø Perubahan-perubahan kelenjar endokrin, dan lain-lain
Pada kehamilan pseudodiesis secara psikologis ada sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus dibarengi ketakutan untuk merealisir keinginan punya anak, sehingga terjadi proses inhibisi.
Keinginan-keinginan tersebut dibarengi rasa bersalah dan dorongan untuk menghukum diri sendiri yang kemudian dikompensasikan dalam bentuk agresivitas. Secara simultan berbarengan muncul kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya ilusi belaka. Oleh komponen yang kontradiktif ini wanita yang bersangkutan biasanya tidak mau ke dokter untuk memeriksakan dirinya.

g.    Keguguran
Reaksi wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangat bergantung pada konstitusi psikisnya sendiri. Maka tak bisa dipungkiri, bahwa janin atau bayi yang dikandungnya itu dirasakan sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri. Dan berkepentingan terhadap ego wanita yang mengandung embrio tersebut.
Ø Faktor penyebab terletak pada psikis dan jiwa.
Ø Wanita hamil yang bersangkutan, mencari bantuan pada faktor penyebab tersebut, melakukan abortus secara tidak sadar. Semua peristiwa berlangsung di luar kemauan sendiri, didorong oleh harapan yang tidak disadari.
Beberapa sebab keguguran menurut pendapat psikiater :
·      Adanya penolakan dari ayah bayi
·      Adanya penolakan dari ibu bayi
·      Ketakutan untuk menjadi ibu
·      Kecemasan yang disebabkan dari stress pekerjaan atau perselisihan dengan suami maupun dengan anggota keluarga lain.

No comments:

Post a Comment