A. Pengertian
Imunisasi
adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Suparni,Y, 2004). Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
B.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Imunisasi
1. Sistem
Pendingin
Yaitu sistem penyimpanan dan
distribusi vaksin sebagai vaksin dapat memenuhi syarat secara kontimeu dari
produsen sampai tempat pelaksanaan imunisasi / vaksinasi.
2. Penyimpanan
vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin
yang harus diperhatikan jika vaksin disimpan di lemari es adalah :
* Vaksin
diletakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat
diminimalkan.
* Vaksin
jangan diletakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
* Termometer
harus tetap diletakkan pada lemari es, untuk mengoreksi suhunya.
3. Pengiriman
Vaksin
Yang lazim digunakan pada waktu pengiriman
vaksin adalah termos cold box dan pengangkutan dalam jumlah besar pada cold
truck dengan volume paling sedikit 1/3 dari volumenya.
4. Panas
merusak jenis vaksin
Contoh : suhu tinggi dan sinar matahari
Sinar matahari terutama merusak vaksin
hepatitis B, campak, dan polio. Pembekuan dapat merusak vaksin yang terbuat
toxoid.
C.
Jenis-Jenis
Imunisasi
1.
Imunisasi Hepatitis B
a.
Diskripsi
Hepatitis
B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
b. Indikasi
1)
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B.
2)
Tidak
dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang
diketahui dapat menginfeksi hati.
c. Cara pemberian dan dosis
1)
Sebelum
disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
2)
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
3)
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan
secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
4)
Pemberian
sebanyak 3 dosis.
5)
Dosis
pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum
4 minggu (1 bulan).
6)
Di
unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama
4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
2. Imunisasi
BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
a.
Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
b.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
c.
Cara Pemberian dan Dosis :
1)
Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
2)
Dosis
pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
d.
Kontra
indikasi
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim,
furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
e.
Efek
samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat
suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak
perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
a. Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
c. Cara pemberian dan dosis
1)
Sebelum
digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
2)
Diberilan
secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
3)
Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
4)
Di
unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
5)
vaksin
belum kadaluarsa
6)
vaksin
disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
7)
tidak
pernah terendam air
8)
sterilitasnya
terjaga
9)
VVM
(Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek
samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000.
e. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
4. Imunisasi
DPT – Hepatitis B
a. Diskripsi
Vaksin
mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin
hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang
diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
b. Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan
hepatitis B.
c. Cara pemberian dan dosis
Pemberian
dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
·
vaksin
belum kadaluarsa
·
vaksin
disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·
tidak
pernah terendam air
·
sterilitasnya
terjaga
·
VVM
(Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
5. Imunisasi
Campak
a. Diskripsi
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
c. Cara pemberian dan dosis
1) Sebelum disuntikkan vaksin Campak
terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia
yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan
secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster)
pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada
anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
3) Vaksin campak yang sudah dilarutkan
hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
d. Efek samping
Hingga
15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Individu
yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005
)
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes. RI. 2000. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Depkes
RI. Jakarta.
Yupi
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim.
2005. Buku Pegangan Kader Posyandu. KONSEP DASAR IMUNISASI
A.
Pengertian
Imunisasi
adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada
bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Suparni,Y, 2004). Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
B.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Imunisasi
1. Sistem
Pendingin
Yaitu sistem penyimpanan dan
distribusi vaksin sebagai vaksin dapat memenuhi syarat secara kontimeu dari
produsen sampai tempat pelaksanaan imunisasi / vaksinasi.
2. Penyimpanan
vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin
yang harus diperhatikan jika vaksin disimpan di lemari es adalah :
* Vaksin
diletakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat
diminimalkan.
* Vaksin
jangan diletakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
* Termometer
harus tetap diletakkan pada lemari es, untuk mengoreksi suhunya.
3. Pengiriman
Vaksin
Yang lazim digunakan pada waktu pengiriman
vaksin adalah termos cold box dan pengangkutan dalam jumlah besar pada cold
truck dengan volume paling sedikit 1/3 dari volumenya.
4. Panas
merusak jenis vaksin
Contoh : suhu tinggi dan sinar matahari
Sinar matahari terutama merusak vaksin
hepatitis B, campak, dan polio. Pembekuan dapat merusak vaksin yang terbuat
toxoid.
C.
Jenis-Jenis
Imunisasi
1.
Imunisasi Hepatitis B
a.
Diskripsi
Hepatitis
B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
b. Indikasi
1)
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B.
2)
Tidak
dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang
diketahui dapat menginfeksi hati.
c. Cara pemberian dan dosis
1)
Sebelum
disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
2)
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
3)
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan
secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
4)
Pemberian
sebanyak 3 dosis.
5)
Dosis
pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum
4 minggu (1 bulan).
6)
Di
unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama
4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
2. Imunisasi
BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
a.
Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
b.
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
c.
Cara Pemberian dan Dosis :
1)
Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
2)
Dosis
pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
d.
Kontra
indikasi
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim,
furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
e.
Efek
samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat
suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak
perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
a. Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
c. Cara pemberian dan dosis
1)
Sebelum
digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
2)
Diberilan
secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
3)
Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
4)
Di
unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
5)
vaksin
belum kadaluarsa
6)
vaksin
disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
7)
tidak
pernah terendam air
8)
sterilitasnya
terjaga
9)
VVM
(Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek
samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000.
e. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
4. Imunisasi
DPT – Hepatitis B
a. Diskripsi
Vaksin
mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin
hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang
diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
b. Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan
hepatitis B.
c. Cara pemberian dan dosis
Pemberian
dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
·
vaksin
belum kadaluarsa
·
vaksin
disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·
tidak
pernah terendam air
·
sterilitasnya
terjaga
·
VVM
(Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
5. Imunisasi
Campak
a. Diskripsi
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
c. Cara pemberian dan dosis
1) Sebelum disuntikkan vaksin Campak
terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia
yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
2) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan
secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster)
pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada
anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
3) Vaksin campak yang sudah dilarutkan
hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
d. Efek samping
Hingga
15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Individu
yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005
)
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes. RI. 2000. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Depkes
RI. Jakarta.
Yupi
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim.
2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.
No comments:
Post a Comment