Laman

Sunday, 18 January 2015

KONSEP DASAR IMUNISASI DASAR


A.     Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Suparni,Y, 2004). Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
1.    Sistem Pendingin
Yaitu sistem penyimpanan dan distribusi vaksin sebagai vaksin dapat memenuhi syarat secara kontimeu dari produsen sampai tempat pelaksanaan imunisasi / vaksinasi.
2.  Penyimpanan vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin yang harus diperhatikan jika vaksin disimpan di lemari es adalah :
*   Vaksin diletakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat diminimalkan.
*   Vaksin jangan diletakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
*   Termometer harus tetap diletakkan pada lemari es, untuk mengoreksi suhunya.
3.  Pengiriman Vaksin
          Yang lazim digunakan pada waktu pengiriman vaksin adalah termos cold box dan pengangkutan dalam jumlah besar pada cold truck dengan volume paling sedikit 1/3 dari volumenya.
4.  Panas merusak jenis vaksin
          Contoh : suhu tinggi dan sinar matahari
          Sinar matahari terutama merusak vaksin hepatitis B, campak, dan polio. Pembekuan dapat merusak vaksin yang terbuat toxoid.

C.     Jenis-Jenis Imunisasi
1.      Imunisasi Hepatitis B
a.       Diskripsi
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

b.      Indikasi 
1)       Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
2)       Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.
c.       Cara pemberian dan dosis 
1)       Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar. 
2)       Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB. 
3)       Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. 
4)       Pemberian sebanyak 3 dosis. 
5)       Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan). 
6)       Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
2.      Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
a.    Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.

b.    Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).

c.     Cara Pemberian dan Dosis : 
1)      Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
2)      Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

d.      Kontra indikasi
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.

e.       Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan  tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

3.      Imunisasi Polio
a.       Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.

c.       Cara pemberian dan dosis
1)       Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
2)       Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. 
3)       Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. 
4)       Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan : 
5)       vaksin belum kadaluarsa 
6)       vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
7)       tidak pernah terendam air 
8)       sterilitasnya terjaga 
9)       VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d.       Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000.

e.       Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV  pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat  diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV  (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.

4.      Imunisasi DPT – Hepatitis B
a.       Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.

b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

c.       Cara pemberian dan dosis
Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan : 
·         vaksin belum kadaluarsa
·         vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·         tidak pernah terendam air 
·         sterilitasnya terjaga 
·         VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B 
d.      Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

5.      Imunisasi Campak
a.       Diskripsi
Vaksin Campak merupakan  vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.

c.       Cara pemberian dan dosis 
1)      Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
2)      Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah  cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. 
3)      Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya  boleh digunakan maksimum 6 jam. 

d.      Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

e.       Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.  ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )



DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI. 2000. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Depkes RI. Jakarta.
Yupi Supartini. 2004.  Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.KONSEP DASAR IMUNISASI
A.     Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Suparni,Y, 2004). Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
1.    Sistem Pendingin
Yaitu sistem penyimpanan dan distribusi vaksin sebagai vaksin dapat memenuhi syarat secara kontimeu dari produsen sampai tempat pelaksanaan imunisasi / vaksinasi.
2.  Penyimpanan vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin yang harus diperhatikan jika vaksin disimpan di lemari es adalah :
*   Vaksin diletakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat diminimalkan.
*   Vaksin jangan diletakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
*   Termometer harus tetap diletakkan pada lemari es, untuk mengoreksi suhunya.
3.  Pengiriman Vaksin
          Yang lazim digunakan pada waktu pengiriman vaksin adalah termos cold box dan pengangkutan dalam jumlah besar pada cold truck dengan volume paling sedikit 1/3 dari volumenya.
4.  Panas merusak jenis vaksin
          Contoh : suhu tinggi dan sinar matahari
          Sinar matahari terutama merusak vaksin hepatitis B, campak, dan polio. Pembekuan dapat merusak vaksin yang terbuat toxoid.

C.     Jenis-Jenis Imunisasi
1.      Imunisasi Hepatitis B
a.       Diskripsi
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

b.      Indikasi 
1)       Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
2)       Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang diketahui dapat menginfeksi hati.
c.       Cara pemberian dan dosis 
1)       Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar. 
2)       Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB. 
3)       Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha. 
4)       Pemberian sebanyak 3 dosis. 
5)       Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan). 
6)       Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
2.      Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
a.    Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.

b.    Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).

c.     Cara Pemberian dan Dosis : 
1)      Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
2)      Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.

d.      Kontra indikasi
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.

e.       Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan  tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

3.      Imunisasi Polio
a.       Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.

c.       Cara pemberian dan dosis
1)       Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
2)       Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu. 
3)       Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. 
4)       Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan : 
5)       vaksin belum kadaluarsa 
6)       vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
7)       tidak pernah terendam air 
8)       sterilitasnya terjaga 
9)       VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d.       Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000.

e.       Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian OPV  pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat  diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV  (Human Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.

4.      Imunisasi DPT – Hepatitis B
a.       Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.

b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

c.       Cara pemberian dan dosis
Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan : 
·         vaksin belum kadaluarsa
·         vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·         tidak pernah terendam air 
·         sterilitasnya terjaga 
·         VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B 
d.      Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

5.      Imunisasi Campak
a.       Diskripsi
Vaksin Campak merupakan  vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b.      Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.

c.       Cara pemberian dan dosis 
1)      Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
2)      Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah  cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. 
3)      Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya  boleh digunakan maksimum 6 jam. 

d.      Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

e.       Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.  ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )


DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI. 2000. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Depkes RI. Jakarta.
Yupi Supartini. 2004.  Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.

No comments:

Post a Comment