Laman

Saturday 2 February 2013

Faktor Luar yang Mempengaruhi Kehamilan


1.    Faktor Lingkungan
Pada masyarakat yang selalu bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah yang sering terjadi adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan sulitnya akses kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah sehinhgga pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh. Biasanya mereka tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta api dimana air dan udara yang mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya bahkan tidak sedikit dari mereka tinggal di tempat pembuangan sampah atau di dekat pabrik. Para traveler ini biasanya tidak mementingkan kesehatan dirinya walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-anak mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan imunisasi. (Indrayani. 2011)
Petugas kesehatan harus memperhatikan dan mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat berisiko bagi wanita hamil, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja yang dapat berisiko pada kehamilan. (Indrayani. 2011)
Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan , kurangnya pelayanan medis, kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun sering kali masalah-masalah tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.

2.    Kebaiasaan adat istiadat
Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. (Indrayani. 2011)
Yang tidak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan pakaian yang menyerap keringat. Bagi wanita hamil pada kebanyakan kebudayaan, pemeliharaan kesehatan selama menantikan  kelahiran termasuk keseimbangan dan keharmonisan dalam setiap hubungan wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan lingkungan prenatal. (Indrayani. 2011)
Kebiasaan budaya adalah faktor lain yang memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu; dipantangnya bagi perempuan untuk memakan makanan tertentu yang masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di Indonesia. Dengan melakukan pantangan berbagai macam makanan karena terikat dengan mitos itu perempuan kehilangan akses terhadap gizi dan nutrisi makanan tertentu. Akibat kurang gizi itulah salah satunya menjadi pemicu perempuan sangat rentan ketika hamil dan melahirkan. (Indrayani. 2011)
Pada masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi tergantung pada ras, kepercayaan, kebudayaan dan Negara asalnya. Mereka dapat menderita defisiensi vitamin D, kalsium dan zat besi karena pola makan yang kurang baik. Hal ini dapat ditimbulkan karena adanya larangan-larangan misalnya diet vegetarian. Para imigran tersebut berisiko mengidap penyakit hipokalsemi, rakhitis thalasemia dan sickle cell disease. (Indrayani. 2011)
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral (tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan masyarakat.

3.    Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan persalinanya.
Fasilitas kesehatan dikatakan baik atau tidak baik sesuai dengan (Indrayani. 2011):
·      Jangkauan. Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan mudah atau sulit.
·      Kelengkapan. Demi kelancaran tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat diharapkan kelengkapannya terpenuhi. Minimal dapat menangani kegawatdaruratan.
·      Tenaga kesehatan. Dalam memberikan pelayanan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan.

4.    Ekonomi
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika seorang wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat hidup dengan gizi rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sehingga dalam proses tumbuh kembang selanjutnya mengalami hambatan. Kemiskinan sangat berpengaruh menentukan tingkat akses dan pelayanan kesehatan bagi perempuan maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). (Indrayani. 2011)
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan, dan transportasi/sarana angkutan.
Masalah keuangan sering timbul di dalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat finansial yang tersedia unutk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.

No comments:

Post a Comment