Laman

Saturday, 2 February 2013

Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan


1.    Adaptasi Maternal (Salmah,dkk. 2006)
Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif. Pada kehamilan awal tidak ada yang berbeda. Ketika fetusnya mulai bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut mulai menaruh perhatian pada kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya atau teman – teman lain yang pernah hamil.
Kehamilan adalah suatu krisis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya dalah wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan memberi perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya, secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk lain.
Perkembangan ini membutuhkan suatu tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang mencakup menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali hubungan dengan ibunya, dengan suaminya, dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran anaknya (Wayland & Tate, 1993 ; Zachariah, 1994). Dukungan suami secara emosional adalah faktor yang penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ini.

2.    Tugas-Tugas Psikologi Ibu (Salmah,dkk. 2006)
Rubin (1984) mengidentifikasi 4 tugas ibu hamil untuk memelihara fetusnya dan keluarga memasukkan anak tersebut ke dalam sistem keluarga, yaitu :
a.    Memastikan keamanan kehamilan dan persalinan dengan cara :
·      Mencari pemeriksaan ibu hamil yang baik
·      Mencari aktivitas merawat diri (diet,olahraga)
b.    Mencari lingkungan yang menerima anaknya. Ia memerlukan dukungan dari kelompoknya, misalnya keluarga atau bergantung pada kelompok. Figur suami perlu membantu penyesuaian untuk mendapatkan identitasnya sebagai ibu. Bila di rumah ada anak-anak yang lain, ibu juga perlu memastikan penerimaan mereka terhadap anak yang akan lahir. Diperlukan hubungan yang ekslusif, perempuan dan suami atau ibu dengan anak pertama yang dapat menimbulkan stress. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau orang tua tunggal akan lebih sulit.
c.    Mencari kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu. Selama trimester pertama keberadaan anak adalah abstrak. Dengan “Quickening” anak mulai menjadi nyata ada, dan ibunya mengembangkan hubungan melalui pengalaman atas gerakan anak dalam perutnya merupakan cara yang ekslusif untuk merasakan cintanya. Ia lalu berfantasi membayangkan anak yang ideal, yang akan memotivasinya untuk berperan sebagai ibu (Mercer, 1995). Rasa cintanya itu akan meningkatkan komitmennya untuk melindungi fetusnya termasuk secara lahir.
d.   Menyiapkan Kelahiran. Banyak aktivitas  yang dilakukan untuk menyambut kelahiran, dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan menjadi orang tua, dan berdiskusi dengan wanita-wanita lain. Mereka mencari tahu cara perawatan yang memungkinkan (Patterson et sl, 1990).

3.    Penyesuaian Psikologi pada Ibu dan Prosesnya (Varney, Helen, dkk. 2006)         
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada di dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya cepat sekali berubah. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi sangat berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka pada dirinya sendiri dan suka berbagi kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angan, fantasinya dan arti kata-katanya, objek, pariwisata, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak mereka pahami karena mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan sebagian lainnya menjadi tidak menuntut. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan saran selaras dengan uasaha mereka mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran yang baru, perubahan dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami serta makna dari semua hal ini.
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologi khusus yang jelas, yang kadang nampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologi ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester  ini akan digunakan pada diskusi berikut. Respon psikologi umum terhadap kehamilan yang baru dibahas dan proses maupun proses psikologi lain dapat terulang lagi pada kehamilan berikutnya.

a.      Trimester Pertama (Varney, Helen dkk. 2006)
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kecemasan, penolakan, kekecewaan, depresi dan kesedihan. Hingga kini masih diragukan bahwa seorang wanita lajang bahkan yang telah merencanakan dan menginginkan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil tidak mengatakan pada dirinya sendiri sedikitnya satu kali bahwa dirinya bahwa sebenarnya berharap tidak hamil. Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena ia cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena perasaan tersebut bertentangan dengan apa yang menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia dibantu memahami dan menerima ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa sangat bersalah jika nantinya bayi yang ia kandung meninggal saat dilahirkan atau terlahir cacat atau abnormal. Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa bahwa ia adalah penyebab tragedi tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia dapat menerima pikiran tersebut dengan baik.
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri. Dari fokus pada dirinya sendiri ini, timbul ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan untuk kehidupannya kelak (terutama apabila ia memiliki karier). Tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya, kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga dan penerimaan orang-orang terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan seiring ia menerima kehamilannya. Penerimaan ini biasanya terjadi  pada akhir  trimester pertama dan difasilitasi oleh perasannya sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulkan konflik yang ia alami. Sementara  itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.
Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa ia telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyenangkan apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal telah beberapa kali mengalami keguguran dan bagi tenaga kesehatan yang professional yang cemas kemungkinan terjadi keguguran kembali atau trauma. Pada wanita ini sangat tidak sabar menunggu hasil akhir trimester pertama sebagai suatu batu loncatan sehingga setelah trimester pertama ini terlewati, mereka dapat merasa santai dan percaya sepenuhnya terhadap kehamilan mereka.
 Beberapa pasangan memilih untuk tidak memberi tahu pihak manapun mengenai kehamilannya hingga trimester pertama dan menghindari rasa pahit yang mungkin timbul dengan menceritakan  pada orang lain jika ternyata mereka mengalami keguguran. Pasangan lain memilih berbagi kebahagiaan dan kegembiraan setelah mereka mengetahui dan mempertimbangkan bahwa mereka memiliki sistem pendukung yang siap-sedia jika keguguran terjadi.
Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu realitas tentang keadaannya kerena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil. Bagi kebanyakan wanita, peningkatan berat badan ini dapat dinilai sebagai janin yang berada dalam kandungan mengalami pertumbuhan meskipun buktinya tidak terlihat secara fisik. Wanita merasa pertambahan berat badan tersebut berada dalam kendalinya dan mengkonstribusi pertumbuhan abdomennya, yang berarti berkontribusi pada kandungannya. Sebaliknya, wanita yang mengandung dan berusaha menyembunyikannya akan berusaha menahan lapar agar tidak terlihat hamil sementara berusaha mengatasi masalah dan membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti paling kuat adalah terhentinya menstruasi dan perubahan payudara berulang-ulang dipelajari. Validasi ini menjadikan temuan-temuan pada panggul, terutama yang mengaruh pada kehamilan menjadi sangat penting. Wanita tersebut berulang-ulang memperhatikan foto hasil ultrasonografi sejak awal. Selain trimester pertama, kehamilan wanita menjadi rahasianya sendiri, yang hanya ia bagikan kepada orang-orang tertentu yang ia kehendaki. Pikirannya sebagian besar meliputi apa yang sedang terjadi pada dirinya, tubuhnya dan kehidupannya. Pada saat ini, bayi yang ia kandung masih belum dianggap sebagi mahkluk yang terpisah dari dirinya.
Hasrat seksual pada trimester pertama bervariasi antara wanita yang satu dan wanita yang lainnya. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur  dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum dipengaruhi oleh keletihan, kekhawatiran. Dan masalah-masalah lain yang merupakan hal yang normal terjadi pada trimester pertama.

b.   Trimester Kedua (Varney, Helen, dkk. 2006)
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan pasca-quickening.
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir trimester pertama dan selama porsi pra-quickening trimester kedua berlangsung, wanita tersebut akan mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Wanita tersebut mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali beberapa hal yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami oleh wanita dan ibunya, atau mungkin masih dirasakan hingga kini, dianalisis. Potensial kemungkinan timbulnya masalah interpersonal pada hubungan pada ibu dan anak sebaiknya dikaji. Dengan pengkajian ini, akan muncul suatu pengertian dan penerimaan terhadap kualitas-kualitas yang dimiliki ibu, yakni kualitas yang ia hargai dan hormati. Kualitas lain, yakni kualitas yang negatif dan tidak diinginkan dan tidak dihargainya, dapat ia tolak. Penolakan ini dapat menimbulkan perasaan bersalah dan konflik personal kecuali wanita tersebut memahami bahwa proses ini normal dan bahwa penolakan terhadap kualitas tertentu yang ada pada ibunya, dalam ia mengambangkan identitas keibuannya sendiri, tidak berarti ia menolak ibunya sebagai pribadi.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini ialah evolusi wanita tersebut mulai dari menjadi seorang penerima kasih sayang dan perhatian (dari ibunya) kemudian menjadi pemberi kasih dan perhatian (persiapan untuk menjadi seorang ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan ibunya agar dapat terlihat sebagai ibu yang ‘baik’. Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak akan berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian wanita hamil terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang. Pada saat yang sama ia juga menjadi penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta kasih, yang akibatnya, ia simpan bagi bayinya sesuai dalam peranannya sebagai pemberi kasih sayang.
Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah perubahan karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak sosial berubah. Ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan minat serta aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan persiapan untuk menerima peran yang baru. Pergeseran nilai sosial  ini menimbulkan kebutuhan akan sejumlah proses duka cita, yang kemudian menjadi katalis dalam memperkirakan peran barunya. Duka cita tersebut timbul karena ia harus merelakan hubungan, kedekatan, dan peristiwa maupun aspek tertentu yang ia miliki dalam peran sebelumnya yang akan terpengaruh dengan hadirnya bayi dan peran barunya. Hal ini tidak berarti bahwa ia harus meninggalkan semua hubungan dan ikatan yang ia miliki, tetapi yang jelas terjadi perubahan dan ikatan tersebut. Terkadang, seorang wanita hamil berada di lingkungan kerja tanpa seorang pun memahami kehamilannya atau orang-orang dalam kontak sosialnya tidak sedang mengandung ataupun mereka memiliki anak remaja sehingga memiliki masalah yang berbeda.
Pada situasi seperti ini, wanita tersebut dapat mengalami kesulitan untuk menemukan wanita hamil lain untuk diajak berbicara dan membandingkan perubahan-perubahan fisik yang dialaminya. Memanfaatkan kesempatan, seperti bergabung dengan kelas latihan kehamilan, dapat memberi wanita tersebut kontak sosial baru dengan wanita hamil lain seperti yang ia harapkan. Bagi wanita multipara, hal ini mencakup terputusnya hubungan yang telah terbina dengan anak-anak lain seiring ia mempersiapkan kondisi rumah dan keluarganya untuk menyambut perubahan yang dihadirkan oleh bayi baru mereka nanti. Sebagian besar perubahan peran dan peran baru wanita tersebut diuji coba, dikembangkan, dan dimurnikan dalam fantasi, imajinasi, dan angan-angan.
Quickening memudahkan wanita mengonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya sendiri. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam fokusnya dari diri sendiri kepada bayi yang ia kandung. Secara bertahap perubahan ini terlihat dari pengalaman mimpi bahwa orang lain, biasanya orang yang tidak dikenal, sedang terluka. Mimpi-mimpi ini umumnya diartikan sebagai ekspresi kewaspadaan ibu mengenai ancaman terhadap bayinya. Pada saat ini jenis kelamin sang bayi bukan hal yang penting. Perhatian ibu adalah pada kesejahteraan bayi dan menyambutnya menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual. 

c.    Trimester Ketiga (Varney,Helen,dkk.2006)
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya, menjadi hal yang terus-menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Orang-orang di sekitarnya kini mulai membuat rencana untuk bayi yang dinantikan dan bahkan merencanakan baby-shower. Wanita tersebut menjadi lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Ia membayangkan bahwa mengintip dalam dunia di luar sana. Memilih nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia menghadiri kelas-kelas sebagai persiapan menjadi orang tua. Pakaian-pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli. Kamar-kamar disusun dan dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap dalam sebuah ruangan yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal lain yang tidak diketahuinya.
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar halangan. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi penting.

No comments:

Post a Comment