Selain faktor fisik, hal-hal yang
dapat berpengaruh pada wanita selama kehamilan adalah faktor psikologis, karena
adanya perubahan-perubahan psikis yang terjadi pada wanita selama masa hamil.
Beberapa faktor psikologis yang dapat berpengaruh dalam kehamilan akan
diuraikan di bawah
ini.
a.
Stressor (Indrayani. 2011)
Stress
yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin
dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti
jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
Stress
merupakan reaksi individu terhadap situasi yang menimbulkan tekanan atau
ancaman. Respon non spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang harus dilakukan
tubuh. Pengertian stressor sendiri adalah semua faktor yang menimbulkan stress
yang mengganggu keseimbangan tubuh.
Stressor ini terbagi
menjadi dua, yaitu :
1)
Stressor
Internal
Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan
dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal) dan dapat juga berasal dari
faktor luar diri ibu hamil. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.
2009)
Faktos psikologis yang mempengaruhi kehamilan
berasal dari dalam diri ibu dapat berupa latar belakang kepribadian ibu dan
pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Ibu hamil yang memiliki kepribadian immature (kurang
matang) biasanya dijumpai pada calon ibu dengan usia yang masih sangat muda,
introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain) atau tidak seimbang antara
perilaku dan perasaannya, cenderung menun jukkan emosi yang tidak stabil dalam
menghadapi kehamilannya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian
yang mantap dan dewasa. Ibu hamil dengan kepribadian seperti ini biasanya
menunjukkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi
yang dikandungnya selama kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami
depresi selama kehamilannya. Ia merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat
berat dan tidak menyenangkan. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.
2009)
Demikian pula dengan pengaruh perubahan hormon yang
berlangsung selama kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi, membuat
perasaan jadi tidak menentu, konsentrasi berkurang dan sering pusing. Hal ini
menyebabkan ibu merasa tidak nyaman selama kehamilan dan memicu timbulnya
stress yang ditandai ibu sering murung. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.
2009)
· Faktor fisiologis saat kehamilan (Indrayani.2011).
Ketidakmampuan
dalam beradaptasi pada perubahan-perubahan fisiknya dapat mengakibatkan stress,
misalnya dalam hal perubahan postur tubuh, mual dan muntah.
Pada
awal masa kehamilan, morning sickness
seringkali merupakan hal yang menakutkan bagi ibu hamil. Hal itu sering
menyebabkan kurangnya asupan makanan yang sehat, padahal masa tersebut
merupakan masa penting bagi perkembangan janin dan gejala morning sickness juga merupakan suatu perlindungan tubuh untuk
melawan makanan yang tidak sehat yang masuk ke dalam tubuh.
· Faktor psikologis saat kehamilan (Indrayani . 2011).
Faktor
psikologis ini seperti; ketakutan dan emosi yang kurang stabil. Seringkali
ketakutan ini timbul dan membayangi pikiran ibu, seperti; ketakutan meninggal
pada saat melahirkan, bayi lahir mati, rumah sakit, dokter, kesakitan ibu
setelah melahirkan. Salah satu tanda dari kehamilan, adanya kenaikan emosional.
Mood yang turun naik merupakan hal yang biasa, seringkali sensitif dan sangat
peka. Pada multipara stress dapat berasal dari rasa khawatir tidak dapat
memberikan rasa sayang dan perhatian secara adil kepada bayi dan anak lainnya,
juga khawatir akan riwayat komplikasi persalinan dan kehamilan yang lalu akan
terulang kembali.
2)
Stressor
Eksternal (Indrayani. 2011)
Berasal dari orang lain, sikap penerimaan atau
penolakan orang lain terhadap individu. Penyebab lain dari stress dapat berasal
dari eksternal dimana terjadinya keretakan dalam rumah tangga, pengangguran
atau adanya kematian anggota keluarga.
Stress
kronis dapat disebabkan dari keadaan rumah yang tidak tenang, KDRT, pekerjaan
yang disertai stress atau perjalanan yang lama.
Faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu
dapat berupa pengalaman ibu misalnya ibu mengalami masa anak-anak yang bahagia
dan mendapatkan cukup cinta kasih berasal dari keluarga bahagia sehingga
mempunyai anak dianggap sesuatu yang diinginkan dan menyenangkan maka ia pun
terdorong secara psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya.
Selain itu pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau persalinan
yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan emosi
yang mempengaruhi kehamilannya. (Rukiyah,
Ai yeyeh, dkk. 2009)
Terdapat
tingkatan stress, yaitu stress yang ringan dimana orang tersebut tidak
merasakan adanya perubahan atau rangsangan yang berarti sedangkan pada stress
yang berat sebaliknya sehingga dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik
seseorang seperti penyakit jantung, peptic ulaer, migraine dan infeksi. Dampak
lain, yaitu gangguan psikologi seperti kecemasan, kemarahan, depresi, atau
bahkan kematian.
Gangguan emosi baik berupa stress atau depresi yang
di alami pada trimester pertama kehamilan akan berpengaruh pada janin, karena
pada saat itu janin sedang dalam masa pembentukan. Akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Bukan hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti anak
dapat mengalami kesulitan belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang
hiperaktif karena bila dalam kehamilan ibu merasa gelisah maka terjadi
perubahan neurotransmitter diotaknya dan mempengaruhi sistem neurotransmitter
janin melalui plasenta. Selain itu dapat meningkatkan produksi neural adrenalin,
serotonin dan gotamin yang bisa masuk keperedaran
darah janin sehingga mempengaruhi sistem sarafnya. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Untuk itu dalam memberikan asuhan antenatal, bidan harus
mampu memberikan pendidikan parent education sejak kehamilan
trimeseter I sehingga orang tua mendapat banyak pengetahuan terutama tentang
perubahan yang terjadi selama kehamilan dan diharapkan bisa beradaptasi pada
perubahan-perubahan psikologis tersebut (Rukiyah,
Ai yeyeh, dkk. 2009)
b.
Support
Keluarga (Indrayani. 2011)
Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang
sangat berpengaruh sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan
mempengaruhi keadaan keluarga. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.
2009)
Bagi pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi dari
masa anak menjadi orang tua sehingga kehamilan dianggap suatu krisis bagi
kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti oleh stress dan kecemasan. Jika krisis
tersebut tidak dapat dipecahkan maka mengakibatkan timbulnya tingkah laku
maladatif dalam anggota keluarga dan kemungkinan terjadi perpecahan antara
anggota keluarga. Kemampuan untuk memecahkan krisis dengan sukses adalah
kekuatan bagi keluarga untuk menciptakan hubungan yang baik. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Tugas keluarga yang saling melengkapi sehingga dapat
menghindari konflik yang diakibatkan oleh kehamilan dapat ditempuh dengan jalan
: merencanakan dan mempersiapkan kehadiran anak, mengumpulkan
dan memberikan informasi bagaimana merawat dan menjadi ibu atau ayah bagi bayi. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan
agar kehamilan dapat berjalan lancar antara lain: memberikan dukungan pada ibu
untuk menerima kehamilannya; memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan
mempersiapkan peran sebagai ibu, memberikan dukungan pada ibu untuk
menghilangkan rasa takut dan cemas terhadap persalinan, memberi
dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan anak yang
dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik, menyiapkan keluarga lainnyan untuk menerima
kehadiran anggota keluarga baru. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk.
2009)
Dukungan keluarga
memegang peranan yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu, karena
selama hamil ibu mengalami perubahan fisik atau psikologis yang membuat emosi
ibu labil. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan
masa nifas.
Suami
sebagai orang yang paling sering mendampingi ibu hamil, tentunya juga memiliki pengaruh
yang cukup dominan terhadap keberhasilan kehamilan menuju persalinan yang aman.
Fakta mengatakan bahwa wanita yang mengikutsertakan pasangan selama kehamilan
sangat kecil gejala emosional dan fisik, sedikit kerja dan komplikasi pada anak
dan memudahkan persalinan (Grossman, dkk, 1980, May, 1982), untuk persiapan
kelahiran, pasangan biasanya mencari informasi pada orang yang mengetahui,
memonitor dan merawat, misalnya bidan dan dokter (Patterson, 1990).
Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang
ditunjukkkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai
dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya. Ada
empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya
antara lain: dukungan emosi yaitu
suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis kepada isterinya dengan
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap
kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil, dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu
hamil dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan
informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan, dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan isterinya. (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009)
Setiap
kehamilan berkaitan dengan hubungan antar seluruh anggota keluarga. Pada
kenyataannya kehamilan pertama merupakan suatu bukti yang tidak dapat disangkal
bahwa seseorang telah cukup tua untuk mempunyai anak yang akan melahirkan
seorang cucu. Hampir semua kakek nenek merasa sangat gembira dengan kehadiran
bayi baru dan melampiaskan kegembiraannya dalam perilakunya sebagai orang tua
sewaktu anaknya masih bayi. Kakek nenek adalah ahli sejarah yang melanjutkan
sejarahnya pada keluarga dan menerapkan pada masa kini.sebagai orang yang
memberi pengalaman, sebagai contoh peran dan orang yang memberi dukungan.
Penelitian terbaru membuktikan pentingnya hubungan antara kakek nenek merupakan
sumber kekuatan keluarga. Dukungan mereka dapat memperkuat sistem keluarga
dengan memperluas dukungan dan asuhan.
Ibu
multipara dengan anak yang lebih besar harus mencurahkan banyak waktu dan
tenaga untuk membentuk hubungan dengan anak-anak. Ibu perlu mempersiapkan anak
yang lebih tua untuk kelahiran adiknya dan memulai proses perubahan peran dalam
keluarga dengan mengikutsertakan anak dalam kehamilan.
Inti
dalam support keluarga, siapapun yang berada didekat ibu hamil terutama
keluarganya, ia dituntut untuk bisa memberikan dukungan penuh dalam
mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan sehat, karena perlu diingat
bahwa tidak setiap ibu dalam masa kehamilannya dalam kondisi kehidupan sosial
(terutama) yang mendukung kehamilan itu. Dan disinilah bidan dituntut untuk dapat
memberikan informasi penting terhadap keluarga ibu hamil mengenai pentingnya
dukungan atau support keluarga terhadap kehamilan si ibu.
c.
Substance
Abuse (Indrayani. 2011)
Pola
psikoaktif dari penggunaan zat/bahan yang berisiko secara fisik bagi kesehatan ibu
hamil dan janinnya, dapat memberikan pengaruh juga sacara psikologis. Pengaruh
psikologis tersebut dalam bentuk ketergantungan, kecanduan dan penyalahgunaan.
Gejala-gejala gangguan psikologis akibat substance abuse antara lain: gangguan
dalam sosialisasi, gelisah, sifat lekas marah, halusinasi, euphoria (ketagihan
dan over dosis), paranoid, stress.
d.
Partner
Abuse (Indrayani. 2011)
Merupakan
kekerasan/penyiksaan yang dilakukan oleh pasangan ibu hamil dan sangat
berpengaruh terhadap proses kehamilan. Kekerasan tersebut dapat berupa
kekerasan emosional, seksual atau fisik, kekerasan seperti pemukulan,
penyiksaan dibebani kerja berat. Kekerasan psikologis, seperti tidak
diperhatikan, suami selingkuh, dimarahi tanpa sebab yang pasti, istri
menanggung beban keluarga, tingkah laku suami yang buruk (pemabuk, penjudi,
pemarah).
Kekerasan
terhadap wanita dapat terjadi pada semua kebudayaan, pendidikan, ras, agama dan
latar belakang sosial ekonomi. Kekerasan terhadap wanita merupakan suatu bentuk
“kejantanan laki-laki” terhadap wanita. Seorang wanita bagaikan sebuah benda,
harta yang harus tunduk pada peraturan rumah tangga dan patut mendapatkan
kekerasan.
Wanita
yang mendapatkan kekerasan dalam rumah tangganya akan merasa harga dirinya
rendah, kurang percaya diri, terlihat cemas dan depresi, ketakutan terjadi
kekerasan berulang, ketakutan adanya ancaman pembalasan apabila dia
meninggalkan pasangan sehingga wanita harus terus tinggal di dalam rumah dan
terus berharap keadaan ideal akan terjadi pada keluarganya.
Kejadian
ini akan terus berlangsung bahkan akan meningkat selama kehamilan. Pasangan
melakukan kekerasan biasanya pada bagian abdomen, dada dan genitalia, sehingga
ini akan mengakibatkan abortus, abruption plasenta, premature dan still birth. Pelaku melakukan kekerasan
tersebut dengan sadar berusaha mengakhiri kehamilan karena merasa cemburu
melihat istrinya hamil dan akan mempunyai anak.
No comments:
Post a Comment