Laman

Sunday, 18 January 2015

KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


A.      PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan.
Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007)

B.     CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
Ciri-ciri bayi normal antara lain (Depkes RI) :
1.      Dilahirkan pada umur kehamilan antara 37-42 minggu
2.      Berat lahir 2500-4000 gram
3.      Panjang badan waktu lahir 48 – 51 cm
4.      Warna kulit merah muda / pink
5.      Kulit diliputi verniks caseosa
6.      Lanugo tidak severapa lagi hanya pada bahu dan punggung
7.      Pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut kepala
8.      Bayi kelihatan montok karena jaringan lemak di bawah kulit cukup
9.      Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas
10.  Kuku telah melewati ujung jari
11.  Menangis kuat
12.  Refleks menghisap baik
13.  Pernapasan berlangsung baik (40-60 kali/menit)
14.  Pergerakan anggota badan baik
15.  Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan adanya / keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama
16.  Alat perkemihan sudah berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan keluarnya air kemih setelah 6 jam pertama kehidupan
17.  Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada bayi perempuan labia minora ditutupi oleh labia mayora
18.  Anus berlubang

C.    PENILAIAN AWAL BAYI BARU LAHIR
Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
o    Apakah bayi cukup bulan ?
o    Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
o    Apakah bayi menangis atau bernapas ?
o    Apakah tonus otot bayi baik ?

Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi. (APN. 2008)

Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ada 5 poin
o    Appearance (warna kulit)
o    Pulse rate (frekuensi nadi)
o    Grimace (reaksi rangsangan)
o    Activity (tonus otot)
o    Respiratory (pernapasan).
Setiap penilaian deberi nilai 0, 1, dan 2. Bila dalam 2 menit nilai apgar tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut, oleh karena bila bayi mendertita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan di kemudian hari lebih besar. berhubungan dengan itu penilaian apgar selain pada umur 1 menit, juga pada umur 5 menit.





Tabel Nilai APGAR
Tanda
Skor
0
1
2
Appearance
Pucat
Badan merah, ektrimitas biru
Sekuruh tubuh kemerahan
Pulse
Tidak ada
< 100 x/menit
> 100 x/menit
Grimace
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik/ menyeringai
Batuk/ bersin
Activity
Tidak ada
Ekstrimitas dalam sedikit fleksi
Gerakan aktif
Respiration
Tidak ada
Lemah/ tidak teratur
Baik/ menangis

Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi tersebut normal atau asfiksia.
·           Nilai Apgar 7-10  : Bayi normal
·           Nilai Apgar 4-6    : asfiksia sedang ringan
·           Nilai Apgar 0-3    : asfiksia berat
(Sarwono Prawirohardjo, 2009)

D.    PENILAIAN BAYI UNTUK TANDA-TANDA KEGAWATAN
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan yang menunjukkan suatu penyakit.
Bayi baru lahir sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut:
a.       Sulit minum
b.      Sianosis sentral (lidah biru)
c.       Perut kembung
d.      Periode apneu
e.       Kejang/periode kejang-kejang kecil
f.       Merintih
g.      Perdarahan
h.      Sangat kuning
i.        Berat badan lahir < 1500 gram



Penilaian Score Down
PENILAIAN
0
1
2
Frekuensi nafas
<60x/menit
60-80x/menit
>80x/menit
cyanosis
Tidak ada
Hilang dengan pemberian O2
Tidak Hilang dengan pemberian O2
Retraksi
Tidak ada
Ringan
Berat
Air Entry
Tidak ada penurunan
Penurunan ringan
Penurunan berat
Merintih
Tidak ada
Dapat didengar dengan stetoscope
Terdengar tanpa stetoscope

Keterangan:
Skor < 4          : tidak ada gawat nafas
Skor 4-7          : gawat nafas
Skor > 7          : ancaman gagal nafas

E.     PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik seperti:

a.       Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Pada waktu 2 jam setelah lahir, akan terjadi penurunan kadar gula dalam darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml, bila terjadi gangguan perubahan glukosa menjadi glikogen sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan mengalami rangsangan hipoglekemia.

b.      Perubahan Suhu Tubuh
Sesaat sesudah bayi baru lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Pada suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipertermi, hipotermi, atau trauma dingin (cold injury). Kehilangan panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan seeprti mengeringkan, membungkus badan dan kepala, meletakkannya di tempat hangat seperti di pangkuan ibu, dalam inkubator, atau di bawah sorotan lampu.




c.       Perubahan Sistem Pernafasan
Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini terjadi akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin cukup bulan mengandung 80 sampai dengan 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. setelah lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali ke bentuk semua.

d.      Perubahan Sistem Sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru tekanan oksigen di alveoli meningkat. Sebaliknya tekanan karbondioksida menurun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini meyebabkan darah dari arteri pulomonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dari foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Dengan diterimanya darah oleh atrium kiri dari paru-paru, tekanan di atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan. Ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi darah janin pun berubah menjadi sirkulasi yang hidup di luar tubuh ibu.
(Sarwono Prawirohardjo cetakan kesembulan, 2007)

F.     PENATALAKSANAAN AWAL PADA BAYI BARU LAHIR
1.      Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Bila bayi baru lahir segera menangis spontan atau segera menangis, hindari melakukan penghisapan secara rutin pada jalan nafasnya karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak dilakukan secara hati-hati dapat menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat merangsang terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada otot, gerakan tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan tenggorokan bayi.
Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis maka lakukan:
a.         Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
b.        Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c.         Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d.        Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera menangis.

2.      Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun.

3.         Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.

4.      Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.

5.      Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). (Abdul Bari Saifuddin, 2009)
Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya.
Teknik pemberian profilaksis mata :
a.       Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b.      Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayi.
c.       Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
d.      Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes menyentuh mata bayi.
e.       Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut.

6.      Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus di beri tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan car ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.

7.      Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Keuntungan peberian ASI:
a.       Merangsang produksi air susu ibu
b.      Memperkuat reflek menghisab bayi
c.       Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d.      Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
e.       Merangsang kontraksi uterus

Posisi untuk menyusui :
a.       Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.
b.      Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
c.       Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.
d.      Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya.
1)      Dagu menyentuh payudara ibu.
2)      Mulut terbuka lebar.
3)      Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
4)      Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
5)      Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.

G.    PEMANTAUAN PADA BAYI BARU LAHIR
Tujuan pemantauan pada bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah bayi barur lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan epnolong persalinan setra tindak lanjut petugas kesehatan.
1.      Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi:
a.       Kemampuan menghisap lemah atau kuat
b.      Bayi tampak aktif dan lunglai
c.       Bayi kemerahan atau biru
2.      Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, meliputi:
a.       Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
b.      Gangguan pernapasan
c.       Hipotermi
d.      Infeksi
e.       Cacat bawaan dan trauma lahir

Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir: ( Abdul Bari Saifuddin, 2009)
a.       Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
b.      Keaktifan
c.       Simetri
d.      Kepala
e.       Muka/wajah
f.       Mata
g.      Mulut
h.      Leher, dada, abdomen
i.        Punggung
j.        Bahu, tangan, sendi, tungkai
k.      Kuku dan kulit
l.        Kelancaran menghisap dan pertanyaan
m.    Tinja dan kemih
n.      Refleks
o.      Berat badan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta
Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
Saifuddin, A. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. JNPK-KR: Jakarta.
Prawirohardjo, s . 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP



No comments:

Post a Comment