Laman

Sunday 18 January 2015

Konsep Dasar Oligohidramnion


A.     Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban kurang dari normal yaitu 800 cc (Manuwaba, 2010)

B.     Etiologi
Sebab yang pasti tidak begitu diketahui. Primer mungkin karena amnion kurang baik tumbuhnya dan sekunder misalnya karena ketuban pecah dini. (Mochtar, 2002)
Menurut sarwono (2009) beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan konginetal, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pechm kehamilan postterm, insufisiensi plasenta, dan obat-obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan konginetal yang paling sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih ( kelainan ginjal bilateral dan obstruksi uretra), dan kelainan kromosom (triploidi, trisomi 18 dan 13). Trisomi 21 jarang memberikan kelainan pada saluran kemih sehingga tidak menimbulkan oligohidramnion. Insufisensi plasenta oleh sebab apapun dapat menyebabkan hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronis akan memicu mekanisme retribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal. Produksi urine berkurang dan terjadi oligohidramnion.
C.     Patofisiologi
Sindroma Potter dan fenotif potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion.
Fenotip potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir dimana ketubannya sangat sedikit atau tidak ada, sehingga menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan pada dinding rahim. Tekanan pada dinding rahim menyebabkan gambaran yang khas pada wajah (wajah potter). Selain itu karena ruang yang sempit pada rahim menyebabkan ruang gerak menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru (paru-paru hipoplasti) sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Oligohidramnion mempengaruhi umbilikus sehingga menimbulkan gangguan aliran darah menuju janin serta menimbulkan asfiksia intrauterin.air ketuban yang kental akan diaspirasi sehingga menambah kejadian asfiksia asfiksia neonatorum.
Ologohidramnion dapat menjadi tanda ada kelainan pada saluran pengeluaran atau saluran kemih janin. Jika saluran kemih janin tidak berfungsi baik, kemungkinan besar air ketuban jumlahnya sedikit. Keringnya ketuban berarti janin tidak mengeluarkan air ketuban yang ditelan sebagai urin.
D.     Klasifikasi
1.      Oligohidramnion Dini
Yaitu suatu keadaan berkurangnya cairan amnion yang terjadi pada trimester 2.
2.      Oligohidramnion tingkat lanjut
Yaitu suatu keadaan dimana volume cairan ketuban secara normal berkurang setelah umur kehamilan 35 minggu dengan menggunakan index cairan amnion kurang dari 5 cm.

E.      Manifestasi Klinis (Mochtar, 2002)
1.      Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotement
2.      Ibu merasa nyeri perut setiap pergerakan janin
3.      Sering berakhir dengan partus prematurus
4.      Bunyi jantung janin sudah terdengar jelas padda bulan kelima
5.      Persalinan lebih lama dari biasanya
6.      Janin dapat diraba dengan mudah
7.      Sewaktu his akan terasa sakit sekali
8.      Bila ketuban peccah, air ketubannya akan sedikit sekali bahkan tidak ada

F.      Komplikasi (Sarwono, 2009)
Oligohidramnion yang terjadi oleh sebab apapun akan berpengaruh buruk pada janin. Komplikasi yang sering terjadi adalah:
1.      Cacat bawaan
2.      Hipoplasia paru
3.      Kompresi tali pusat
4.      Deformitas pada wajah dan skelet
5.      Aspirasi  mekonium pada intrapartum
6.      Amniotic band syndrom
7.      IUGR (intra uterine grow reterdation)
8.      Volume darah janin berkurang
9.      Kematian janin

G.     Pemeriksaan dan Diaggnosis
Penilaian jumlah amnion melalui pemeriksaan USG dapat dilakukan secara subjektif atau semi kuantitatif
1.      Penilaian Subjektif
Pada keadaan oligohidramnion, cairan amnion disebut berkurang jika kantong amnion hanya terlihat pada daerah tungkai bawah dan disebut habis apabila tidak terlihat lagi kantong amnion
2.      Penilaian semikuantitatif
Dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengukuran diameter terbesar pada salah satu kantong amnion dan pengukuran indeks cairan amnion (ICA) / amnion fluid index (AFI)
Oligohidramnion  dicurigai jika terdapat kantong amnion kurang dari 2x2 cm, atau index cairan pada kuadran 4 kurang dari 5 cm.

Penilaian secara klinis dapat dilakukan dengan mengukur tinggi rahim dari luar serta bagian janin yang mudah diraba dari luar. Namun hal ini hanya merupakan asumsi tetapi harus dikonfirmasi dengan USG

H.     Penatalaksanaan
Tindakan konservatif
1.      Tirah baring
2.      Hidrasi
3.      Perbaikan nutrisi
4.      Pemantauan kesejahteraan janin
5.      Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
6.      Amnion infusion
7.      Induksi dan kelahiran
Penatalaksanaan tergantung pada usia kehamilan, pada kehamilan preterm ; mengevaluasi dan memonitor maternal agar tetap dalam kondisi optimal.



Daftar Pustaka

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta EGC

Anonim. 2013. Kelainan Air Ketuban (Oligohidramnion). Tersedia di http:// www.hananurhanifah.blogspot.com/2013/06/kelainan-air-ketuban-oligohidramnion.html?m=1 diakses tanggal 18 November 2013 pukul 11.00 wita

No comments:

Post a Comment