Laman

Sunday, 18 January 2015

KONSEP DASAR ABORTUS IMMINENS


A.    Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasannya digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus imminens adalah tingkat permulaan yang merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai dengan perdarahan per vaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam kandungan.
B.     Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss ) bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab, penyebab terbanyak adalah sebagai berikut:
1.      Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:
a.       Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b.      Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c.       Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
2.      Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3.      Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4.      Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C.     Patofisiologi
Pada abortus imminens biasanya terjadi perdarahan di desidua basalis diikuti dengan nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterrus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korion belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya, pada kehamilan 8-14 minggu penembusan sudah lebih dalam sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompressus, maserasi atau fetus papiraseus.

D.    Manifestasi Klinis
Abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan, dan tes kehamilan masih positif serta janin masih baik di dalam uterus.

E.     Diagnosa
Kriteria diagnosa:
1.      Ada riwayat terlambah haid kurang dari 20 minggu
2.      Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi
3.      Rasa sakit atau kram pada supra simfisis atau tidak sama sekali
4.      Uterus membesar sesuai umur kehamilan
5.      Serviks belum membuka
6.      Tes kehamilan masih positif
7.      Janin masih berada dalam uterus

F.      Prognosis
Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormon HCG pada urin dengan cara melakukan tes kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan dengan pengenceran 1/10. Bila hasil ters urin masih positif keduanya maka prognosisnya baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negatif maka prognosisnya dubia ad malam.

G.    Komplikasi
1.      Anemia
Terjadi karena perdarahan, perdarahan bisa terjadi sedikit-sedikit dalam waktu panjang atau perdarahan mendadak tapi banyak sehingga bisa berlanjut ke tahap syok.
2.      Infeksi
Terjadi karena penanganan yang tidak legeartis
3.      Degenerasi ganas
Abortus bisa menjadi korio karsinoma sekitar 15-20 %, gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama, terjadi pembesaran atau perlukaan rahim, terdapat metatase ke vagina atau lainnya.

H.    Penanganan
Penanganan penderita ini sangat bergantung pada informed concent yang diberikan. Bila ibu masih menghendaki kehamilan itu maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dan mengetahui keadaan plasenta sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran kantong gestasi sesuai umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada tidaknya hematom retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan USG dapat dilakukan tranvaginal atau transabdominal. Pada pemeriksaan transabdominal pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan accurate window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas.
Penderita diminta untuk tirah baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontaksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna tapi efek psikologisnnya sangat menguntukngkan. Pesan khusus untuk penderita adalah tidak boleh berhubungan seksual kurang lebih 2 minggu dan pemeriksaan ulang 1 atau 2 minggu kemudian dan melanjutkan ANC.



DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Anonim, 2012. Askeb Abortus Imminens . Tersedia di : http://www.bidanbermutu.blogspot.com/2013/04/askeb-abortus-imminens.html/m=1 diakses tanggal 22 September 2013 pukul 11.00 wita

Anonim, 2011. Abortus Imminens . Tersedia di : http://www.stikesblog.wordpress.com/2011/03/18/abortus-imminens/ diakses tanggal 22 September 2013 pukul 12.00 wita

No comments:

Post a Comment