Laman

Sunday 18 January 2015

Konsep Dasar Mioma Uteri


A.    Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.

B.     Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1.    Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a.       Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b.      Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c.       Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d.      Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri

2.      Teori Cell nest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.
Selain teori tersebut, faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah:
a.       Usia penderita 
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi  dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b.      Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma  uteri  sangat  sedikit  ditemukan  pada  spesimen  yang  diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah  menopause,  diterangkan bahwa hormon  esterogen  endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih  tinggi  dibandingkan  jaringan  miometrium  normal  terutama  pada  fase proliferasi  dari  siklus menstruasi
c.       Riwayat Keluarga
Wanita  dengan  garis  keturunan  tingkat  pertama  dengan  penderita mioma  uteri  mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat  keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)  dibandingkan  dengan  penderita  mioma  yang  tidak  mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
d.      Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas  juga  berperan  dalam  terjadinya  mioma  uteri.  Hal  ini mungkin  berhubungan  dengan  konversi  hormon  androgen  menjadi  esterogen  oleh  enzim  aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah  esterogen  tubuh yang mampu meningkatkan prevalensi mioma uteri
e.       Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan  dengan  prevalensi  atau  pertumbuhan  mioma  uteri.  Dilaporkan bahwa  daging  sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri,  namun  sayuran  hijau  menurunkan  insiden  mioma  uteri.  Tidak  diketahui  dengan pasti  apakah  vitamin,  serat  atau phytoestrogen  berhubungan  dengan  mioma  uteri
f.       Kehamilan
Kehamilan  dapat  mempengaruhi  mioma  uteri  karena  tingginya  kadar  esterogen  dalam  kehamilan  dan  bertambahnya  vaskularisasi  ke  uterus  kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri
g.      Paritas
Mioma  uteri  lebih  banyak  terjadi  pada wanita dengan  multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali.

h.      Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas  esterogen  dan  penurunan  konversi  androgen  menjadi  estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

C.     Klasifikasi
1.      Mioma Submukosum
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “Curet Bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina, disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan “Myomgeburt” yang sering mengalami nekrose atau ulserasi
2.      Mioma Intramural
Mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3.      Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkai dapat menimbulkan torsi

D.    Patofisiologis
Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak subendometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rectum.
E.     Manifestasi Klinis
Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu :
1.       Besarnya mioma uteri,
2.       Lokalisasi mioma uteri,
3.       Perubahan pada mioma uteri.
Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut :
1.       Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia. Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
2.       Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
a.       Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b.      Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c.        Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d.      Terjadi degenerasi merah
3.       Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro uretre.   
4.       Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis tubae.
5.       Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta.
6.       Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia, desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

F.      Komplikasi
Mioma uteri berdampak pada kehamilan dan persalinan yaitu:
1.      Mengurangi kemungkinan wanita hamil terutama pada mioma uteri submukosum
2.      Kemungkinan abortus bertambah
3.      Kelainan janin dalam rahim
4.      Menghalangi lahirnya bayi
5.      Inersia uteri dan atonia uteri
6.      Mempersulit lepasnya plasenta


Komplikasi lain:
1.      Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Ieiomiosarkoma. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus Apabila mioma uteri cepat membesar dan Apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2.      Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.      Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

G.    Penatalaksanaan
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri. 55 % dari semua mioma uteri tesebut tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apapun terutama jika :
1.         Tanpa keluhan
2.         Menjelang menopause
3.         Besarnya mioma kurang dari 12 minggu umur kehamilan

Penanganan mioma ada 2 yaitu :
1.       Penanganan konservatif
Penanganan ini dilakukakan bila :
a.       Mioma yang kecil pra dan postmenopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
b.      Observasi, dengan pemeriksaan pelvir secara periodik setiap 3-6 bulan
c.       Bila anemi, Hb 8 gr%, transfusi PRC (packed red cell)
d.      Pemberian zat besi
e.       Penggunaan agonis hormone pelepas gonadotropiri. (GnRHa) Leuprolid asetat 3,75 mg intramuskuler pada hart 1 - 3 menstriasi setiap minggu sebanyak 3x.

2.      Penanganan operatif
Penanganan ini dilakukakan bila :
a.       Ukuran tumor lebih besar dan ukuran uterus 12 – 14 minggu
b.      Pertumbuhan tumor cepat
c.       Mioma subserosa bertançkai dan torsi
d.      Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e.       Hipermenorea pada mioma submukosa
f.       Penekanan pada organ sekitarnya.

Jenis operasi yang dilakukari berupa:
a.       Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan seorang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih menginginkan anak
b.      Histerektomi
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, tindakan ada 2 macam yaitu :
1)      Histerektomi abdominal dilakukan bila tumor besar terutama mioma intragamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi,
2)      Histerektomi vaginal dilakukan bila tumor kecil (ukuran tumor <gravid 12 minggu ) atau disertai dengan kelainan divagina misalnya rektokel, sistokel, enterokel

3.  Keadaan khusus tidak operasi / menjelang menopause yaitu dengan cara
a.       Radiasi
b.      Hormonal dan estrogen



DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan . Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Anonim, 2012. Mioma Uteri. Tersedia di : http://www.dewinurindahsari.blogspot.com/2012/10/mioma-uteri.html/m=1 diakses tanggal 27 September 2013 pukul 11.00 wita
Anonim, 2009. Mioma Uteri . Tersedia di : http://www.ayurai.wordpress.com/2009/03/30/askeb-mioma-uteri/ diakses tanggal 27 September 2013 pukul 12.00 wita


1 comment:

  1. nice informasinya
    http://obatmioma.obatasliindonesia.com/

    ReplyDelete