1. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah proses
dimana seseorang yang rentan (susceptible) terkena invasi patogen atau
invensius yang tumbuh, berkembangbiak, dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud
agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia, jamujr dan parasit. Penyakit
mrnular atau invesius adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu orang
ke orang lain secara langsung ataupun tidak langsung.
· Infeksi
dari laboratorium. Infeksi nosokomial yang berasal dari kegiatan laboratorium
oleh staf, bagaimanapun terjadinya
· Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit dan
merupakan infeksi yang san gat khas karena terjadi di rumah sakit. Infeksi yang
tidak terjadi atau tidak dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk di rumah
sakit.
Kriteria infeksi berasal dari rumah
sakit yaitu:
1. Waktu
mulai dirawat tidak didapat tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam masa
inkubasi infeksi tersebut
2. Infeksi
timbul sekurang-kurangnya 72 jam sejaak mulai dirawat
3. Infeksi
terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa inkubasi infeksi
tersebut
4. Infeksi
terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan dari rumah sakit
5. Infeksi
terjadi pada neonatus dari ibunya pada saat persalinan atau selama perawatan di
rumah sakit
Sumber
infeksi nosokomial dapat berasal dari penderita sendiri, personil rumah sakit
(dokter atau perawat), pengunjung maupun lingkungan.
II.2. Cara
Penularan Infeksi Nosokomial
1.
Penularan secara kontak.
Ini dapat
terjadi baik secara kontak langsung, konmtak tidak langsung dan droplet. Kontak
langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person. Pada
penularan infeksi hepatitis A virus secara fecal oral. Kontak tidak langsung
terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi dengan sumber
infeksi, mislanya kontaminasi peraltan medis oleh mikroorganisme
2.
Penularan melalui
percikan
Kontak pada
selaput lendir hidung, mulut atau mata dengan partikel infeksi ukuran > 5 µm
bisa dikeluarkan melalui batuk, bersin, bicara atau tindakan seperti
bronkoskopi atau pengisapan. Penularan dengan percikan melalui kontak tertutup
antara sumber dan seseorang yang sensitif karena penularan melalui udara dan
penyebaran dengan jarak dekat 1 meter atau kurang.
3.
Penularan terjadi
melalui common vehicle.
Penularan ini
melaluin benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan
penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun
jenis-jenis common vehicle adalah darah atau produk darah, cairan
intravena, obat-obatan dan sebagainya.
4.
Penularan melalui udara
dan inhalasi
Penularan ini
terjadi bila organisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak cukup jauh dan melalui saluran pernafasan,
misalnya organisme yang terdapat dalams el-sel kulit yang terlepas akan membentuk
debu yang dapat menyebar jauh (staphyloccocus)
dan tuberculosis
5.
Penularan dengan
perantara vektor
Penularan ini
dapat terjadi secara eksternal dan internal. Disebut penularan secara eksternal
bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel
pada tubuh vektor, misalnya shigella ddan salmonella oleh lalat.
Penularan secara
internal bila mikoroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologi,
misalnya yersenia pestis pada ginjal (flea).
a.
Etiologi
Kuman penyebab nosokomial, yaitu:
1.
Staphyloccocus
aureus
Umumnya ditularkan oleh para
petugas kesehatan yang menularkan biasa carier dan ditularkan melalui tangan di
tempat perawatan dimana penyakit yang disebabkan kuman ini berupa endemik atau
pandemik amka koloni staphyloccocus aureus ini dapat ditemukan di kulit, lubang
hidung, dan nasofaring. Semakin tinggi koloni ini ditemukan, semakin tinggi
pula angka kejadian infeksi oleh kuman tersebut. Infeksi yang ditimbulkan dapat
berupa pustule di kulit, sepsis konjungtivitis, pneumonia, enteritis, dan
lain-lain.
2.
Streptoccocus
Koloni ini dapat ditemukan di
kulit, liang telinga, dan nasofaring. Oleh karena kuman ini dibawa bayi pada
waktu lahir atau didapat ditempat perawatan yang ditularkan oleh petugas
bangsal. Pada umunya infeksi streptoccocus ini masuk ke tubuh melalui kulit
tubuh yang lecet, jalan nafas atau pencernaan, dan kemudian menimbulkan
selulitis, pneumonia, sepsis, dan lain-lain.
3.
Pneumoccocus
Penularan biasanya berasal dari
carier yaitu petugas kesehatan. Kuman ini dapat menyebabkan pneumonia, infeksi
kulit, infeksi tali pusat, sepsis, dan lain-lain
4.
Listeria
monocytogenes
Infeksi ini dapat terjadi daplam
kandungan (mellaui placenta ke janin atau melalui jalan rahim). Menurut Barr (1974) infeksi listriosis lebnih
sering terjadi pasca waktu bayi melalui jalan lahiroleh karena bayi
terkontaminasi dengan flora di jalan lahir yang mengandung kuman Listeria. Wabah yang terjadi di bangsal
adalah akibat terjadi infeksi silang antara sesama bayi baru lahir (BBL).
Selain itu dapat terjadi infeksi trensplacenta yang menyebabkan tumbuhnya
gejala infeksi berat seperti pneumonia, sepsis, absesmiller dan abseshati.
Koloni kuman ini ddapat dijumpai di hidung, tenggorokan, mekonium, darah, dan
air seni.
5. Kuman
gram negative
Kuman gram negative seperti
klebsila pneumonia, flapobacterium meningosepticum, pseudomonnas aeruginosa, E. Coli, Salmonella, Shigela, dan
lain-lain. Penyakit ynag ditimbulkan adalah enteritis, sepsis, meningitis,
pneumonia, dan infeksi traktus urinarius.
Di
negara-negara ini terjadinya infeksi nosokomial tinggi karena kurangnya
pengawasan, praktik pencegahan infeksi yang buruk, pemakaian sumber terbatas
yang tidak tepat, dan rumah sakikt yang penuh sesak. Faktor-faktor yang berperan
adalah:
·
Standar dan praktik
pelayanan darah yang tidak mencukupi
·
Meningkatnya penggunaan
alat-alat medik invasif (misalnya, ventilator mekanik, kateter urin, dan selang
intravena sentral) tanpa pelatihan atau dukungan laboratorium yang cukup
·
Penggunaan cairan
intravena yang terkontaminasi, terutama buatan rumah sakit sendiri
·
Resistensi antibiotik
karena penggunaan spektrum luas berlebihan
·
Suntikan yang tidak
aman dan tidak perlu
b. Patogenis
dan Patofisiologi
Infeksi oleh populasi
oleh kuman Rumah Sakit terhadap seorang pasien yang memang sudah lemah fisiknya
tidak terhindarkan. Lingkungan Rumah Sakit harus diusahakan agar sebersih
mungkin dan steril mungkin.
Hal
tersebut tidak harus bisa sepenuhnya terlaksanan karenanya tak mungkin infeksi
nosokomial ini bisa diberantas secara total.
Setiap langkah yang
tampaknya mungkin ahrus dikerjakan untuk menekan risiko terjadinya infeksi
nosokomial. Yang paling penting adalah kembali pada kaidah sepsis dan
antisepsis dan perbaikan sikap dan perilaku personil Rumah Sakit (Dokter dan Perawat)
Pada pasien dengan daya
tahan yang kurang oleh karena penyakit kronik, usia tua, dan penggunaan
imunosupresan, kuman yang awalnya patogen dan hidup simbiosis berdampingan
secara damai dengan penjamu, akibat daya tahan yang turun dapat menimbulkan
infeksi oportunistik. Maka infeksi nosokomial bisa merupakan infeksi
oportunistik.
II.3. Dampak Infeksi
Nosokomial
Infeksi
nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :
1.
Menyebabkan cacat
fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanent dan
kematian.
2.
Dampak tertinggi pada
negara-negara sedang berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3.
Meningkatkan biaya
kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama
perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan
layanan lainnya, serta tuntuntan hukum.
II.4. Pencegahan
infeksi nosokomial
sebagian besar dapat dicegah dengan berbagai cara pencegahan infeksi yang telah
tersedia dan relative murah yaitu :
1. Menerapkan
tindakan pencegahan (universal precaution) yang baku khususnya cuci tangan
(atau pengunaan larutan cuci tangan aseptik)
dan memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron).
2. Pengelolaan
Jarum dan Alat Tajam untuk mencegah perlukaan.
3. Memperhatikan
dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan
pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau
desinfeksi tingkat tinggi (pengelolaan alat kesehatan)
4. Pengelolaan
limbah dan sampah rumah sakit.
II.5. Kewaspadaan Universal
Kewaspadaan Universal
(Universal Precaution) yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dpat berpotensi menularkan
penyakit, baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam,
2007). Disebut universal karena harus diberlakukan pada semu pasien dan semua
prosedur tindakan tanpa kekecualian. Tujuannya adalah melindungi tenaga kesehatan
dan semua pasien dari tertular penyakit selama menjalani perawatan, mengurangi
jumlah mikroba patogen di lingkungan rumah sakit. Kewaspadaan universal ini
meliputi cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, pemakaian alat pelindung
diri (sarung tangan, masker, apron), pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan
jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan (Dep Kes RI, 2003).
Kewaspadaan
universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas
kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku
untuk darah, sekresi, ekskeri terkecuali keringat, luka pada kulit, dan selaput
lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak
diketahui misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan
sputum di dalam layanan kesehatan.
Ketiga
prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok, yaitu mencuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya pemakaian
sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
dan pengelolaa limbah (Dep
Kes RI, 2003).
a.
Cuci tangan
Mencuci
tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengendalian unfeksi (potter & perry, 2003). Tujuan mencuci tangan untuk
membuang kotoran dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi
jumlah mikroba total pada saat itu. Mikroorganisme pada kulit manusia dapat di
klasifikasiakan dalam dua kelompok, yaitu flora residence dan flora transient.
Flora residence adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi
dari tangan manusia, tidak mudah di hilangkan dengan gesekan mekanis yang telah
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia (Staphy
Lococcus, corynobacterium, dan klebsiella). flora transient yang flora
transit atau flora kontaminasi, yang jenisnya tergantung dari lingkungan tempat
pekerja, kuman ini mudah dihilangkan dengan cuci tangan yang efektif (Staphylococcus aureus, streotococci,
pseudumonas, escherichia-coli). Mikroorganisme ini dengan mudah dapat
dihilangkan dari permukaan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun
atau detergen.
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar
sebelum dan sesudah melukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan
atau alat pelindung diri dan untuk menghilangkan atau mengurangi mikrooganisme
yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan
terjaga dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung
tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Mencuci tangan dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindung
lain. Tindakan ini untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada
di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat di kurangi dan lingkungan kerja
dapat terjaga. Cuci tangan di lakuakan pada saat sebelum memeriksa, kontak
langsung dengan pasien, memakai sarung tangan, ketika akan menyuntik dan
pemasangan infus. Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantipasi akan
terjadi perpindahan kuman.
1.
Tujuan Cuci Tangan
a)
Menekan / menguragi
jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
b)
Menurunkan jumlah kuman
yang tumbuh di bawah sarung tangan
c)
Mengurangi ririko
transmisi mikroorganisme ke perawat dan pasien serta kontaminasi silang pada
pasien lain, anggota keluarga dan tenaga kesehatan lain.
2. Indikasi
cuci tangan
a) Sebelum
memulai pekerjaan di ruangan
b) Sebelum
dan sesudah :
i. kontak
dengan pasien.
ii. melakukan
tindakan kepada pasien seperti merawat luka, mengganti balutan.
iii. menggunakan
benda-benda steril.
iv. kontak
dengan pasien selama pemeriksaan harian atau mengerjakan pekerjaan ruti seperti
membersihkan tempat tidur.
c) Sebelum
dan sesudah membuang wadah sputum, secret, cairan drain atau darah
d) Sebelum
dan sesudah mengganti peralatan kesehatan pasienseperti infus set, kateter,
kantong drain urine, pemasangan CVP, tindakan operatif kecildan peralatan
pernafasan
e) Sebelum
dan sesudah ke kamar mandi
f) Sebelum
dan sesudah membuang ingus atau membersihkan hidung
g) Sebelum
dan sesudah makan
h) Sebelum
dan sesudah mengambil specimen
i) Pada
saat tangan tampak kotor
j)
Sebelum pulang ke
rumah.
3.
Cara cuci tangan
Langkah-langkah
mencuci tangan (potter & perry, 2005)
adalah sebagai berikut :
a) Gunakan
wastafel yang mudah digapai dengan air yang mengalir yang hangat , sabun biasa
atau sabun antimikrobial, lap tangan kertas atau pengering.
b) Lepaskan
jam tangan dan gulung lengan panjang ke atas pergelangan tangan. Hindari
memakai cincin. Jika memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan.
c) Jaga
kuku tetap pendek dan datar.
d) Inspeksi
permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulitdan kutikula.
e) Bediri
di depan wastafel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel.
f) Alirkan
air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran dan suhu atau dorong pedal
lutut secara lateral untuk mengatur aliran dan suhu.
g) Hindari
percikan air mengenai seragam.
h) Basahi
tangan dan lengan bawah dengan seksama sebelum mengalirkan air hangat.
Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah daripada siku selama
mencuci tangan.
i) taruh
sedikit sabun biasa atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabun dengan
seksama.
j) Gosok
kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10-15 detik. Jalin jari-jari tangan
dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkulerpaling
sedikit masing-masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung jari berada dibawah
untuk memungkinkan pemusnahan mikroorganisme.
k) Jika
daerah dibawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya dan
tambah sabun atau stik orangewood yang bersih.
l) Bilas
tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak tangan
dibawah siku
m) Ulangi
langkah 10 sampai 12 namun tambah periode mencucui tangan 1,2 dan 3 detik.
n) Keringkan
tengan dengan seksama dari jari tangan ke pergelangan tangan dan lengan bawah
dengan handuk kertas atau pengering.
o) Jika
telah digunakan,buang handuk kertas pada tempat yang tepat.
p) Tutup
air dengan kaki dan pedal lutut. Untuk menutup keran yang menggunakan tangan.
Pakai handuk kertas yang kering (tissue).
b.
Menggunakan sarung
tangan
Tujuan
melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan semua benda yang
terkontaminasi.
Jenis
sarung tangan:
1. Sarung
tangn bersih
2. Sarung
tangan steril
3. Sarung
tangan rumah tangga
c.
Memakai masker dan kaca
mata
Tujuannya melindungi
selaput lender hidung, mulut dan mata selama melakukan tindakan dan perawatan
pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan tubuh lain termasuk
tindakan bedah ortopedi atau perawatan gigi.
d.
Apron atau baju pelindung
Tujuan adalah
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
e.
Pengelolaan alat kesehatan
Pengelolaan alat-alat
bertujuan mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk
menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.semua alat, bahan
dan obat yang akan dimasukkan kedalam jaringan dibawah kulit harus dalam
keadaan steril. Pengelolaan alat ini dilakukan dengan dekontaminasi, pencucian
alat, sterilisasi, dan penyimpanan alat kesehatan.
f.
Pengelolaan alat tajam
Ketika menangani
alat-alat tajam, petugas kesehatan harus selalu menggunakan sarung tangan.
Karena apabila tertusuk maka adanya sarung tangan akan mengurangi risiko
petugas kesehatan terinfeksi dibandingkan tidak menggunakan sarung tangan.
Semua alat-alat tajam berupa
jarum bekas suntikan, jarum bekas fungsi vena, fungsi arteri atau fungsi cairan
tubuh lainnya, jarum bekas infus harus diberlakukan sebagai berikut:
1. Jangan
menutup kembali jarum-jarum tersebut dengan penutupnya tetapi masukkan
jarum-jarum tersebut ke dalam jerigen plastik yang tahan tusukan
2. Bila
jerigen plastik yang dilengkapi alat pelepas jarum ini tidak tersedia maka
dapat digunakan jerigen plastik biasa. Jarum dapat dilepas dengan menggunakan
forceps.
3. Bila
ingin menutup jaring tersebut dengan penutupnya maka dapat dilakukan dengan
metode penutupan sapu tangan yaitu tutup jarum diletakkan di atas meja, lalu
jarum diusahakan masuk ke dalam tutupnya hanya menggunakan satu tangan.
4. Jarum
bedah dan pisau bedah bekas pakai harus dimasukkan ke dalam jerigen plastik
tahan tusukan. Tidak boleh meninggalkan jarum bedah atau pisau bedah bekas
pakai didalam linen yang akan disterilkan karena akan membahayakan petugas
kesehatan yang menangani linen
5. Setelah
jerigen 2/3 bagian penuh maka jerigen di tutup dan kemudian di b awa ke
insenerator untuk di musnahkan
g.
Pengelolaan sampah dan
limbah rumah sakit
Sampah Rumah Sakit
Sampah adalah semua
barang/benda/sisa barang/sisa benda yang sudah tidak berguna dan terbuang dari
kehidupan sehari-hari. Sampah medis merupakan barang infeksius yang harus
dikelola dengan baik dimulai pada saat pengumpulan, pengangkutan, sampai proses
pemusnahan, sehingga penyebaran mikroba patogen dapat dicegah. Tempat asal
sampah medis adalah semua unit pelayanan medis yang ada.
Contoh : Perban, kasa, plester,
jarum suntik, set infus, kantong darah, sarung tangan, dan sebagainya.
Limbah Rumah Sakit
Limbah adalah produk
akhir yang berupa material buangan dari sebuah proses pencucian, dekontaminasi
atau proses metabolisme tubuh, yang dapat berbentuk cairan atau setengah padat.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah baik biologis maupun nonbiologis yang
terbentuk akibat kegiatan di rumah sakit dan yang akan dibuang serta tidak
dipergunakan lagi. Limbah medis atau klinik adalah bagian dari limbah rumah sakit
yang terbentuk akibat proses penangan pasien baik saat proses diagnosa,
pengobatan, ataupun saat proses lainnya termasuk riset yang berhubungan dengan
kegiatan di rumah sakit. Limbah infeksius adalah bagian dari limbah media yang
dapat mengakibatkan penularan penyakit.
Center Disease Control
and prevention (CDC) menentukan criteria limbah medis dan memerlukan perhatian
khusus :
1. Limbah
medis tajam yang terkontaminasi
2. Limbah
laboratorium serta bekas biakan kuman
3. Jaringan
patologi dan organ
4. Darah
serta hasil olahan darah
5. Limbah
hewan (laboratorium atau rumah sakit yang menggunakan hewan).
No comments:
Post a Comment