Laman

Wednesday 14 December 2011

CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT & MINERAL


Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space).
Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.
Contoh cairan tubuh adalah:               
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolism tubuh membutuhkan perubahan tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan . Cairan tubuh terdiri dari dua komplemen yaitu:
Cairan intraseluler terdiri dari 40% dari berat badan orang dewasaatau 70% total cairan tubuh.
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari beraat badan orang dewasa atau 30% cairan tubuh. Cairan eksrtraseluler terdiri dari cairan intravascular dan intertisial. Cairan intravascular atau plasma merupakan cairan dari komplemen darah. Cairan intertisial adalah cairan yang terdapat pada jaringan sel dan limpa. Cairan total tubuh (Total Body Water) adalah jumlah total cairan yang dikeluarkan atau prosentasi dari berat badan.



Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbondioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap  berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.
Fungsi cairan tubuh antara lain :
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air dengan cukup selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 SubKompartemen yaitu pada cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan 25%-nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).

Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan Ekstrasellular). ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan berbeda.
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi  yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

Tubuh mendapatka cairan dari beberapa sumber:

Cairan tubuh hilang memalui ginjal dalam bentuk urin, saluran intestinal dalam bentuk feses, melalui keringat. Insensible Water Loss adalah kehilangan cairan yang tidak dapat di persepsikan, sekitar 15-20 ml/jam. Pengeluaran cairan melalui organ-organ

Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat :
Hal tersebut terjadi akibat pemaakaian energi tubuh. Kehilangan cairan sebesar 1 ml terjadi pada pemakaian kalori sebesar 1 kal.          
Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saat dehidrasi, tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ tubuh lainnya.
Gejala Dehidrasi
Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :
Terapi Pengobatan/Penanganan Dehidrasi
Terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi seseorang yang terkena dehidrasi adalah :
Lakukan pengukuran keseimbangan (balans) cairan yang masuk dan keluar secara berkala sesuai kebutuhan. Pada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500 ml/24jam (30 ml/kg berat badan/24 jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit cairan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Menghitung kebutuhan cairan sendiri, termasuk jumlah insensible water loss sangat perludilakukan setiap hari. Perhatian tanda-tanda kelebihan cairan seprti ortopnea, sesak nafas, perubahan pola tidur, atau kofusion. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi.
Pada dehidrasi sedang sampai berat dan pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan enteral, dapat diberikan rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air, maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan papaya dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh. Jadi, sebelum Anda bermasalah dengan cairan tubuh, jagalah kadar air dalam tubuh Anda.

Jangan lupa memperhatikan cairan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal kita membutuhkan 8 gelas per hari. Untuk wanita hamil kebutuhan ini jadi meningkat karena wanita hamil cenderung mudah berkeringat dan buang air. Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari. Dalam hal ini air berguna untuk memenuhi kebutuhan cairan bagi janin. Misalnya, cairan ketuban dan cairan dalam darah.

Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah. Minum  setidaknya 6 hingga 8 gelas setiap harinya. Mengurangi asupan cairan tidak akan mengurangi bengkak yang Anda alami. Akan tetapi dapat menyebabkan kerusakan  pada ginjal. Konsumsi cairan yang terbaik adalah air putih, selain itu Anda juga dapat mengkonsumsi sup, jus, dan teh.


Dehidrasi adalah Kondisi tubuh yang kekurangan cairan, akibat cairan yang keluar lebih banyak dari yang masuk.

Tubuh kita mengandung sekitar 60% cairan. Setiap hari, sekitar 1,7 liter cairan keluar dari tubuh melalui urin, sekitar 1 liter keluar melalui tinja, dan sekitar satu liter keluar melalui keringat dan pernapasan.

Cairan yang diharapkan masuk, baik melalui minuman maupun makanan berkuah, sekitar tiga liter per hari. Jika cairan yang keluar tidak diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi.

Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan usaha memasukkan kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi. Selain itu, selama hamil, kelenjar keringat bekerja lebih aktif, dan pembuluh darah pada kulit juga membesar, sehingga tubuh ibu hamil selalu banyak berkeringat. Lebih-lebih, bila ibu hamil yang bersangkutan banyak berkegiatan di luar ruangan (out door) dan sering terpapar terik matahari.
Masalahnya, seringkali ibu hamil enggan minum karena malas pipis. Padahal, dengan mengurangi jatah minum, tubuh jadi kekurangan cairan.

Dehidrasi pada ibu hamil kalau tidak segera ditangani, bisa berbahaya. Secara umum, kekurangan cairan  dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit tubuh (senyawa yang larutannya merupakan penghantar arus listrik dalam tubuh kita). Ini karena pengeluaran cairan tubuh disertai dengan pengeluaran garam dan mineral.
Awalnya, mungkin hanya dehidrasi ringan yang ditandai dengan rasa haus yang sangat, sehingga merangsang penderita untuk minum lebih banyak. Tapi kalau rasa haus ini diabaikan, dehidrasi akan bertambah berat. Tanda-tandanya, mata cekung dan kulit menjadi tidak elastis (bila dicubit, bekas cubitan tidak cepat kembali). Kalau kondisi ini tidak segera dipulihkan, kesadaran akan menurun, bahkan mengalami shock. Kondisi ini bisa mengakibatkan kematian.

Kalau tubuh ibu hamil kekurangan cairan, ia akan mengalami pengenceran darah (hemodilusi), yang membuat sirkulasi darah serta suplai oksigen ke plasenta dan janin terganggu. Selain itu, dehidrasi yang disebabkan diare, demam atau penguapan tubuh yang berlebihan, juga membuat mekanisme pertahanan tubuh jadi terganggu.

Dehidrasi pada ibu hamil dapat dihindari yaitu dengan menjaga jangan sampai tubuh kehausan serta jangan malas minum, apalagi dengan alasan malas pipis.
Minum sesuai kebutuhan (8-12 gelas/hari), atau paling tidak minum setiap 15 menit sekali. Bentuknya bisa air putih, sari buah, jus atau buah-buahan serta sayuran berkuah. Namun, sebaiknya tidak terlalu banyak minum minuman bersoda, teh atau kopi, karena minuman ini mengandung kafein yang bersifat diuretik (meningkatkan frekuensi buang air kecil). Padahal, kalau terlalu sering buang air kecil, cairan tubuh makin banyak yang keluar ‘kan?
Selain itu, bila hendak beraktivitas di luar ruangan, gunakan pakaian yang menyerap keringat, misalnya dari katun. Pakaian yang menyerap keringat bisa membantu mengurangi penguapan tubuh.

Jika dehidrasi sudah terlanjur terjadi pada ibu hamil maka sebaiknya ibu hamil diberi cairan berupa larutan garam elektrolit, misalnya oralit. Bila oralit tidak tersedia, dapat dipakai larutan gula dan garam yang dibuat sendiri. Tapi, bila tidak juga pulih, ibu hamil dehidrasi perlu diberi cairan melalui infus di rumah sakit.

Fakta medis menunjukkan tubuh manusia 60% terdiri dari cairan.  Fungsi-fungsi cairan ini adalah untuk proses pencernaan, penyerapan, sirkulasi, produksi air ludah, transportasi nutrisi dan mempertahankan suhu tubuh.
Sel-sel yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan akan cairan dan elektrolit, akan berakibat pada kelelahan otot.  Ketika sel-sel otot tidak memiliki cairan yang cukup, mereka tidak akan berfungsi dengan baik dan kemampuannya berkurang. Minum air saat berolahraga juga sangat penting.  American College of Sports Medicine merekomendasikan bahwa dua jam sebelum berolahraga sebaiknya seseorang meminum 17 ons cairan.

Elektrolit adalah substaunsi ion-ion bbermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion positive disebut kation dan yang negative di sebut anion. Satuan mengukur cairan elektrolit menggunakan istilah milliequevalent (mEq). Satu milliequevalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg dari hydrogen.
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah + + - - natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion adalah klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO ). Elektrolit- 3 + + elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K ), + + - - 2- 2- kalsium (Ca ), magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO ) dan sulfat (SO ) 2 3 4 4 Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (H O)-elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel 2 dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.
Fungsi elektrolit secara umum antara lain:
Disamping sebagai pengantar aliran listrik, elektrolit juga mempunyai banyak manfaat, tergantung dari jenisnya. Contohnya :
1)   Natrium           :fungsinya sebagai  penentu utama osmolaritas dalam darah dan pengaturan volume ekstra sel.
2)   Kalium                        :fungsinya mempertahankan  membran potensial elektrik dalam tubuh.
3)   Klorida            :fungsinya mempertahankan tekanan osmotik, distribusi air pada berbagai cairan tubuh dan keseimbangan anion dan kation dalam cairan ekstrasel.
4)   Kalsium           :fungsi utama kalsium adalah sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke dalam darah.
5)   Magnesium      :Berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur pergerakan Ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan kekuatan pembuluh darah tubuh.
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit melintasinya atau membutuhkan proses khusus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi elektrolit di luar dan di dalam sel berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat; sedangkan cairan ekstraseluler banyak mengandung ion Na dan Cl.
Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler
CIS
CES
Plasma
Interstitial
Natrium
15
142
144
Kalium
150
4
4
Calsium
2
5
2,5
Magnesium
27
3
1,5
Clorida
1
103
114
HCO3
10
27
30
HPO4
100
2
2
SO4
20
1
1
Asam organik
-
5
5
Kadar natrium dalam darah dapat disebabkan oleh kurangnya diet makanan yang mengandung natrium, sedang menjalankan terapi dengan obat diuretik (mengeluarkan air kencing dan elektrolit), terapi ini biasanya diberikan dokter kepada penderita hipertensi dan jantung, terutama yang disertai bengkak akibat tertimbunnya cairan. Muntah-muntah yang lama dan hebat juga dapat menurunkan kadar natrium darah, diare apabila akut memang dapat menyebabkan hipernatremia tapi apabila berlangsung lama dapat mengakibatkan hiponatremia, kondisi darah yang terlalu asam (asidosis) baik karena gangguan ginjal maupun kondisi lain misalnya diabetes juga dapat menjadi penyebab hiponatremia.
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Ini dapat terjadi dengan sangat cepat, ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan, penurunan bising usus, serta kadar kalium plasma menurun hingga kurang dari 3,5 m Eq/L.
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah. Ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 m Eq/L, serta kesemutan pada jari dan sekitar mulut. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah. Ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, bisorientasi dan konfulsi, serta kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 m Eq/L.
Merupakan suatu keadaan dimana keadaan natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk, dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,lidah kering dan kemerahan, konfulsi serta suhu badan naik. Kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan garam yang sedikit.
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi. Keadaan ini sering terjadi akibat luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pemberian kalium yang berlebihan melalui intra vena. Ditandai dengan adanya mual hiper aktifitas sistem pencernaan aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit, diare, adanya kecemasan dan iritabillitas (peka rangsang).
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah. Ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 m Eq/L.
Merupakan kondisi kelebihan kadar maknesium dalam darah. Ditandai dengan adanya koma, gangguan pernafasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 m Eq/L.
Kebutuhan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor:
perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan elektrolit.
Temperature yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat cukup banyak sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.
Diet apabila tubuh kekurangan zat gizi, maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan elekrolit dari interstisial ke interseluler.
Stres dapat mempengaruhi kebutuhan elektrolit melalui proses peningkatan produksi ADH yang dapat meningkatklan metabolism sehingga mengakibatkan retensi natrium.
Sakit pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak sehingga untuk memperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan ketidak seimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidak seimbangan hormonal yang dapat mengganggu keseimbangan kebutuhan elektrolit.
      Mineral adalah kelompok mikronutrient bagi tubuh Anda, artinya hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil namun sangat berguna terutama untuk berjalannya metabolisme tubuh, misalnya magnesium yang berperan sebagai kunci penting bekerjanya enzim-enzim tubuh Anda terutama enzim-enzim penghasil energi tubuh.
Berdasarkan kebutuhannya di dalam tubuh, mineral dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari, sedangkan mineral mikro (Trace ) merupakan mineral yang dibutuhkan dengan jumlah kurang dari 100 mg /hari dan menyusun lebih kurang dari 0.01% dari total berat badan. Mineral yang termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na). Sedangkan mineral mikro terdiri dari kromium (Cr), tembaga (Cu), fluoride (F), yodium (I) , besi (Fe), mangan (Mn), silisium (Si) and seng (Zn).
Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium & klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya. Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan natrium , kalium dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Diantara ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands). Oleh karena itu maka pembahasan mengenai dan klorida.

Sodium (Natrium/ Na+ ) adalah elektrolit yang paling banyak terdapat pada cairan ekstraseluler.
Natrium berfungsi mempertahankan kesetimbangan air, pengatur utama volume cairan ekstraseluler, mempengaruhi volume cairan inntraseluler, sebagai hantaran ike mpuls Saraf dan kontraksi otot, sebagai dasar elektroit pompa natrium-kalium. Natrium diatur oleh intake garam, oldosteron dan pengeluaran urine. Nilai normalnya sekitar 135-145 mEq/L
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada dalam bentuk garam seperti + natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini, natrium berada dalam bentuk ion sebagai Na . Diperkirakan + hampir 100 gram dari ion natrium (Na ) atau ekivalen dengan 250 gr NaCl terkandung di dalam tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin & keringat.

Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan + tersimpan di dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na ) merupakan kation utama di dalam cairan ekstrasellular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L. Ion natrium juga akan berada pada cairan intrasellular (ICF) namun dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L. Sebagai kation utama dalam cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan dalam proses absorpsi + - glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na ) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl ) akan memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular.

Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di dalam cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium tubuh akan berada di dalam kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan terdistribusi ke dalam ruangan vascular yang terdapat pada cairan ekstraselular dengan konsentrasi antara 3.5-5.0 mmol /L. Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari. Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan + + keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.
Potassium (kalium) adalah kation yang paling banyak pada cairan intraseluler
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dalam cairan sel. Berperan vital dalam proses transimisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot, intertinal,dan jaringan paru, metabolism protein dan karbohidrat. Membantu pengaturan keseimbangan asam dan basa karena ion K dapat diubah menjadi ion hydrogen. Pengaaturan ion K oleh pompa natrium, sekresi oldosteron merangsang eksresi K dalam urin. Nilai normal kalium sekitar 3,5-5 mEq/L

Berfungsi untuk transii impuls syaraf dan Pembekuan darah, katalisatos kontraksi otot dan kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk adsorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang  dan gigi . kalsium dalam cairan ektrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengadsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormone thyrokalsitonin menghambat penyerapan kalsim tulang. Nilai normal 1,3-2,1 mEq/L atau 1,3 dari jumlah plasma protein.

Merupakan cairan terbanyak kedua pada cairan intrasel. Berfungsi pada aktivitass enzim, metabolism karbohidratvdan protein. Magnesium diadsorpsi oleh intestinal dan diekskresi oleh ginjal. Nilai normal 1,3-2,1 mEq/L atau 1,3 dari jumlah plasma protein.

Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF) adalah elektrolit bermuatan negative - - yaitu klorida (Cl ). Jumlah ion klorida (Cl ) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/ Kg berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol / L. Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang belakang, lambung dan juga pankreas.
Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. + Bersama dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.
Klorida merupakan cairan anion ekstraseluler yang ditemukan di darah, cairan intestinal dan limpa. Berfungsi mempertahankan tekanan osmotic darah. Nilai normal klorida 95-105 mEq/L.

Bikarbonat merupakan molekul anion. berfungsi pada keseimbangan asam basa. Diatur oleh ginjal. Nilai normalnya sekitar 25-29 mEq/L.

Ion fosfat merupakan aion dalam sel tubuh. Berfungsi sebagai keseimbangan asam dan basa. Penting dalam pembelahan sel dan transmisi herediter. Fostat diatur oleh PTH (parathyroid hormon) dan diaktifkan oleh vitamin D. nilai normal sekitar2,5-4,5 mEq/L.


Kekurangan mineral dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit sebagai berikut:

Dilansir dari Webmd dan Ehow, Senin (1/11/2010), berikut beberapa makanan yang dapat mencuri kandungan mineral dalam tubuh:
Mengonsumsi makanan yang mengandung garam alias asin secara berlebihan dapat meningkatkan pembuangan kalsium melalui urine, yang berpotensi menyusutkan jumlah tabungan kalsium tulang dan bisa menyebabkan osteoporosis.
Garam (natrium) merupakan musuh utama bagi penyerapan kalsium, karena garam terkandung dalam hampir semua makanan olahan, seperti daging olahan (ham, hot dog), makanan siap saji (pizza, burger, kentang goreng), makanan olahan dan kalengan.

Kebanyakan minuman ringan dan bersoda mengandung banyak asam folat yang juga dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam urine.

The National Women's Health Information Center menyatakan bahwa minum kopi atau teh bersamaan dengan makanan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi dari dalam makanan. Selain itu, kelebihan kafein pada kopi atau teh juga melarutkan kalsium sehingga dapat melemahkan tulang.
Maka dari itu, teh dan kopi merupakan pantangan bagi orang yang menderita anemia (kekurangan darah) dan osteoporosisi (pengeroposan tulang).
Sayuran hijau yang dimasak terlalu matang dapat mengurangi penyerapan zat besi, asam folat dan B12 dari sayuran. Sebaliknya, sayuran mentah atau dikukus setengah matang justru baik untuk kebutuhan mineral tubuh.
College of Family Physicians, Kanada, menyatakan bahwa protein dalam kedelai dapat mengurangi dan memblok penyerapan zat besi.


Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit, karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-zat lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih, tinja, keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama seperti pada tabel di bawah ini.
Masukan (ml per 24 jam)
Keluaran (ml per 24 jam)
Minum
800 – 1700
Urine
600 – 1600
Makan
500 -1000
Faeces
50 – 200
Oksidasi
200 – 300
IWL
850 – 1200
Jumlah
1500 – 3000
Jumlah
1500 – 3000
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kebutuhan intake dari cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan beroengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolism dan berat badan. Infant da anak-anak lebih mudah mengalami gangguan kesetimbangan daripada usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan kesetimbangan caiaran karena gangguan fungsi ginjal dan janatung.

Orang yang tinggal di daerah panas dan kelembaban udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh memalui keringat. Sedangkan seseorang yamg beraktivitas di lingkungan panas bisa kehilangan cairan sampai 5 liter per hari.

Diet seseorang berpengaruh pada intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

Stress dapat meningkatkan metabolissme sel, glukosa darah dan pemecahan glycogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatka natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

Kondisi sakit sangat berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalkan :


Hiponatremia adalah kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Hipernatremia adalah Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
Hipokalemia adalah kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
Hiperkalemia adalah kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
Indikasinya antara lain:
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan pada bagan di bawah ini.
Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)

No
Nama asam
Terdapat dalam
1.
Asam asetat
Larutan cuka
2.
Asam askorbat
Jeruk,tomat,sayuran
3.
Asam sitrat
Jeruk
4.
Asam tanat
Teh
5.
Asam karbonat
Minuman berkarbonasi
6.
Asam klorida
Lambung
7.
Asam nitrat
Pupuk,peledak (TNT)
8.
Asam laktat
Susu yang difermentasikan
9.
Asam sulfat
Baterai mobil,pupuk
10.
Asam benzoat
bahan pengawet makanan
Suatu zat dapat dikatakan asam apabila zat tersebut memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1)   Memiliki rasa asam/masam/kecut jika dikecap.
Berdasarkan kekuatannya, asam itu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Asam juga berguna dalam kehidupan sehari-hari kita contohnya adalah sebagai berikut:
1)    Proses dalam pembuatan pupuk
2)   Proses dalam Pembuatan obat-obatan
3)   Pembersih permukaan logam
4)   Proses pembuatan Bahan peledak
5)   Proses pembuatan Pengawet makanan
Inilah Beberapa basa yang sudah dikenal oleh manusia, yaitu:
No
Nama asam
Terdapat dalam
1.
Aluminium hidroksida
Deodoran dan antasida
2.
Kalsium hidroksida
Mortar dan plester
3.
Magnesium hidroksida
Obat urus-urus dan antasida
4.
Natrium hidroksida
Bahan sabun

Suatu zat dapat dikatakan basa jika zat tersebut punya sifat sebagai berikut.


Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH”, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu :
Penggunaan basa dalam kehidupan sehari-hari, yatu:
Beberapa contoh garam yang dikenal orang sebagai berikut:
NO
Nama garam
Rumus
Nama dagang
Manfaat
1
Natrium klorida
NaCI
Garam dapur
Penamabah rasa makanan
2
Natrium bikarbonat
NaHCO3
baking soda
Pengembang kue
3
Kalsium karbonat
CaCO3
kalsit
Cat tembok dan bahan karet
4
Kalsium nitrat
KNO3
Saltpeter
Pupuk dan bahan peledak
5
Kalsium karbonat
K2CO3
Potash
Sabun dan kaca
6
Natrium posfat
Na3PO4
TSP
Deterjen
7
Amonium klorida
NH4CI
Salmiak
Baterai kering
Indikator alami hanya bisa menunjukkan apakah zat tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukan nilai pH-nya. Contohnya kayak Ekstrak bunga mawar. Ekstrak kembang sepatu. Ekstrak kunyit. Ekstrak temulawak. Ekstrak wortel. Ekstrak kol (kubis) merah. Tanaman Hydrangea
Indikator sintetis umum ini digunakan di laboratorium adalah Kertas lakmus. Indikator lakmus tidak dapat menunjukkan nilai pH, tetapi hanya mengidentlfikasikan apakah suatu zat bersifat basa atau asam. Jika lakmus berwarna merah berarti zat bersifat asam dan jika lakmus berwarna biru berarti lakmus bersifat basa.
Indikator sintesis, yang memiliki kisaran nilai pH adalah:
No
Nama indikator      
trayek pH   
Perubahan warna
1.
fenolftalein (pp)
8,3-10   
 tak berwarna-merah muda
2.
Metil orange(Mo)
3,2-4,4
Merah-kuning
3.
Metil merah (Mm)   
4,8-6,0       
Merah-kuning
4.
Bromtimol biru (Bb) 
6,0-7,6       
Kuning-biru
5.
Metil biru (Mb)  
10,6-13,4    
Biru-ungu

Indikator universal adalah indikator yang punya warna standar yang berbeda untuk setiap nilai pH 1 - 14. Fungsi indikator universal adalah untuk memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Mat yang termasuk indikator universal adalah pH meter yang menghasilkan data pembacaan indikator secara digital.
Berikut ini adalah karakteristik dari garam, yaitu:
Secara umum proses pembentukan garam dirumuskan sebagai berikut.
Asam + Basa -> Garam + Air


Contoh:
2Cu (s)   + 2HCI          2CuCI +   H2
(logam tembaga) + (asam klorida encer) -> tembaga klorida + (gas hidrogen)
Reaksi kimia lain yang dapat menghasilkan garam adalah:
1.         Asam                + Basa                 menghasilkan garam + air
2.         Basa                 + Oksida asam     menghasilkan garam + air
3.         Asam                + Oksida basa      menghasilkan garam + air
4.         Oksida asam    + Oksida basa       menghasilkan garam
5.         Logam              + Asam                menghasilkan garam menghasilkan garam + H2
Indikator Skala Keasaman dan Kebasaan Indikator adalah senyawa kompleks yang bisa bereaksi dengan asam dan basa. Indikator digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu zat bersifat asam atau basa. Selain itu, indikator juga digunakan untuk mengetahui titik tingkat kekuatan asam atau basa. Skala keasaman dan kebasaan ditunjukkan oleh besar-kecilnya nilai pH yang skalanya dari 0 sampai dengan 14. Semakin kecil nilai pH maka senyawa tersebut semakin asam. Sebaliknya, semakin besar nilai pH maka senyawa tersebut semakin bersifat basa. Indikator dapat terbuat dari zat warna alami tanaman atau dibuat secara sintetis di laboratorium. Syarat dapat atau tidaknya suatu zat dijadikan indikator asam-basa adalah bisa terjadi perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam atau basa.
Cairan basa (Alkali) digunakan untuk mengoreksi asidosis.Keadaan asidosis dapat disebabkan karena henti jantung dan koma diabetikum.Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat) dan natrium bikarbonat.laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat mengambil ion

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH.
Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam-basa, keseimbangan asam¬basa tersebut dapat diukur dengan pII (derajat keasaman). Dalam keadaan normal pI-1 cairan tubuh 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme. Dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan de:ngan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). liga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu sendiri terdiri atas natrium bikarbonat (NaHC03), kalium bikarbonat (KHC03), asam karbonat (H2C:03).

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru. Melalui pengangkutan kelebihan CO 2 dan kelebihan H2C03 dari darah yang dapat meningkatan pII menjadi standar (normal). Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O2seimbang dengan kebutuhan O2 demikian juga pembuangan O2. 1'embuangan melalui paru harus seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar paCOJ sebesar 40 mmHg. Jika pembentukan C02 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya penurunan metabolism(,, memperkecil konsentrasi CO2, jika kecepatan ventilasi paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO., juga meningkat, dan ini me;nurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam c:airan ekstrasel. peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus e°.feknya akan memengaruhi pH c:airan ekstra sel. peningkatan paCOz menurunkan pl-I sebaliknya paCO2 meningkatkan pH darah. Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H. Sebaliknya konsentrasi ion H+ dapat memengaruhi kecepatan ventilasi alveolus (umpan balik). Kadar pH yang rendah, konsentrasi ion IP yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya pI-I yang tinggi, konsentrasi ion H' remdah disebut alkalosis.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah.
1)   Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2)   Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3)   Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH                   : 7,35-7,45
pO2                 : 80-100 mmHg
pCO2              : 35-45 mmHg
[HCO3-]          : 21-25 mmol/L
Base excess     : -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Gangguan Keseimbangan Asam Basa dan Penanganannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :

1)   Konsentrasi ion hidrogen [H+]
2)   Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
3)   pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1)   Asidosis metabolik
2)   Asidosis respiratorik
3)   Alkalosis metabolik
4)   Alkalosis respiratorik
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah. Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Yoshiharu Kubo, seorang pemain sepak bola, tiba-tiba terjatuh di lapangan setelah mencetak gol. Setelah dilakukan analisa gas darah, ditemukan data sebagai berikut :
- pH 7,2 (turun)
- HCO3- 15 mEq/L (turun)
- pCO2 38 mmHg (normal)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -13 (turun)
Dari data di atas kita dapat menyimpulkan bahwa mas Yoshiharu mengalami  menandakanàasidosis metabolik belum terkompensata. Nilai pH turun   menandakan proses metabolik sebagaiàasidosis. Nilai HCO3- turun   menandakan belumàpenyebab primernya. Nilai pCO2 masih normal   menunjukkan belumàterkompensasinya asidosis. Nilai pO2 yang normal  adanya hipoksia.
Setengah jam kemudian, analisa gas darah mas Yoshiharu adalah sebagai berikut :
- pH 7,28 (turun)
- HCO3- 9 mEq/L (turun)
- pCO2 20 mmHg (turun)
- pO2 100 mmHg (normal)
- base excess -17 (turun)
Kondisi mas Yoshiharu sekarang adalah asidosis metabolik terkompensata  disebut “telah terkompensata”.tanpa hipoksia. Nilai pCO2 telah turun   menandakan belum terjadi hipoksia. Nilai pO2 masih normal.
Asidosis metabolik berat terjadi apabila :
- pH < 7,2
- HCO3- 7,45 dan HCO3- > 28 mEq
Contoh kasus
- pH 7,58 (naik)
- HCO3- 29 mEq/L (naik)
- pO2 100 mEq/L (normal)
- pCO2 38 mEq/L (normal)
- base excess + 6 (naik)
Diagnosisnya adalah alkalosis metabolik tanpa hipoksia.
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.

 Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama alkalosis metabolik:
a)   Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b)   Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c)   Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid)
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.








No comments:

Post a Comment