1. Faktor
Lingkungan
Pada masyarakat yang selalu
bepergian dan berpindah-pindah (travelers) masalah yang sering terjadi adalah
kurangnya informasi mengenai kesehatan karena diakibatkan sulitnya akses
kesehatan yang mereka dapatkan karena kebiasaan mereka hidup berpindah-pindah
sehinhgga pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tidak dapat mereka peroleh.
Biasanya mereka tinggal di taman yang dekat dengan jalan raya atau rel kereta
api dimana air dan udara yang mereka dapatkan kurang terjamin kebersihannya
bahkan tidak sedikit dari mereka tinggal di tempat pembuangan sampah atau di
dekat pabrik. Para traveler ini biasanya tidak mementingkan kesehatan dirinya
walaupun pada saat hamil, 6 minggu postpartum, pelayanan KB, bahkan anak-anak
mereka tidak mendapatkan pemeriksaan rutin tumbuh kembangnya dan imunisasi. (Indrayani. 2011)
Petugas kesehatan harus
memperhatikan dan mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat berisiko bagi
wanita hamil, baik lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja yang dapat
berisiko pada kehamilan.
(Indrayani. 2011)
Banyak alasan
mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu hamil,
beberapa alasan antara lain karena kemiskinan , kurangnya pelayanan medis,
kurang pendidikan dan pengetahuan, termasuk pengaruh sosial budaya berupa kepercayaan
yang merugikan atau membahayakan.
Seorang bidan biasanya mencoba bekerja memberikan
asuhan kepada ibu hamil secara pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
Namun sering kali masalah-masalah tersebut merupakan masalah yang terdapat pada
masyarakat yang tidak mudah dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan
keluarga dan masyarakat agar memperhatikan kebutuhan dan keselamatan ibu hamil.
2. Kebaiasaan
adat istiadat
Gaya
hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil
sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok,
kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang
adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.
Demikian juga sebaliknya.
(Indrayani. 2011)
Yang
tidak kalah penting adalah personal
hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti
pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang
payudara dan pakaian yang menyerap keringat. Bagi wanita hamil pada kebanyakan
kebudayaan, pemeliharaan kesehatan selama menantikan kelahiran termasuk keseimbangan dan
keharmonisan dalam setiap hubungan wanita dengan keadaan fisiknya, sosial dan
lingkungan prenatal. (Indrayani. 2011)
Kebiasaan
budaya adalah faktor lain yang memperburuk kondisi perempuan. Mitos yang
berkaitan dengan kesehatan, yaitu; dipantangnya bagi perempuan untuk memakan
makanan tertentu yang masih banyak melekat pada sebagian masyarakat di
Indonesia. Dengan melakukan pantangan berbagai macam makanan karena terikat
dengan mitos itu perempuan kehilangan akses terhadap gizi dan nutrisi makanan tertentu.
Akibat kurang gizi itulah salah satunya menjadi pemicu perempuan sangat rentan
ketika hamil dan melahirkan.
(Indrayani. 2011)
Pada
masyarakat imigran risiko kesehatan yang terjadi tergantung pada ras,
kepercayaan, kebudayaan dan Negara asalnya. Mereka dapat menderita defisiensi
vitamin D, kalsium dan zat besi karena pola makan yang kurang baik. Hal ini
dapat ditimbulkan karena adanya larangan-larangan misalnya diet vegetarian.
Para imigran tersebut berisiko mengidap penyakit hipokalsemi, rakhitis thalasemia
dan sickle cell disease. (Indrayani. 2011)
Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut
atau mempunyai kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yang berpengaruh
terhadap kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral
(tidak berpengaruh pada keamanan atau kesehatan), tidak jelas (efek tidak
diketahui/tidak dipahami) atau membahayakan. Terutama bila faktor budaya
tersebut dapat menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan
harus mampu mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah
kebiasaanya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini
memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan
masyarakat.
3. Fasilitas
Kesehatan
Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu
mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu
dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk
sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan
darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga
tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM, dan
fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan
persalinanya.
Fasilitas
kesehatan dikatakan baik atau tidak baik sesuai dengan (Indrayani. 2011):
· Jangkauan.
Apakah fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan mudah atau sulit.
· Kelengkapan.
Demi kelancaran tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat
diharapkan kelengkapannya terpenuhi. Minimal dapat menangani kegawatdaruratan.
· Tenaga
kesehatan. Dalam memberikan pelayanan harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan.
4. Ekonomi
Ekonomi
juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. (Indrayani. 2011)
Jika
seorang wanita termasuk keluarga miskin, maka perempuan terjerat hidup dengan
gizi rendah dan akhirnya menderita anemia dan cenderung melahirkan anak dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) sehingga dalam proses tumbuh kembang
selanjutnya mengalami hambatan. Kemiskinan sangat berpengaruh menentukan
tingkat akses dan pelayanan kesehatan bagi perempuan maupun Komunikasi
Informasi dan Edukasi (KIE).
(Indrayani. 2011)
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara
lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga kesehatan,
dan transportasi/sarana angkutan.
Masalah keuangan sering timbul di dalam kehidupan
keluarga. Memang dalam hal ini bidan tidak bertanggung
jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi hendaknya menunjukan empatinya
serta mencoba memberikan pemahaman akan manfaat finansial yang tersedia unutk
kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan harus dapat memperoleh informasi
mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu dan keluarga tidak mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya selama kehamilan.
No comments:
Post a Comment