1.
Adaptasi
Maternal (Salmah,dkk.
2006)
Wanita segala umur selama beberapa
bulan kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar
yang kompleks secara sosial dan kognitif. Pada kehamilan awal tidak ada yang
berbeda. Ketika fetusnya mulai bergerak pada trimester ke-2, wanita tersebut
mulai menaruh perhatian pada kehamilannya dan menjalin percakapan dengan ibunya
atau teman – teman lain yang pernah hamil.
Kehamilan adalah suatu krisis yang
mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya dalah wanita
tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan memberi
perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran
barunya, secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya
kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung jawab kepada makhluk lain.
Perkembangan ini membutuhkan suatu
tugas perkembangan yang pasti dan tuntas yang mencakup menerima kehamilan,
mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun kembali hubungan dengan ibunya,
dengan suaminya, dengan bayi yang dikandungnya serta menyiapkan kelahiran
anaknya (Wayland & Tate, 1993 ; Zachariah, 1994). Dukungan suami secara
emosional adalah faktor yang penting untuk keberhasilan tugas perkembangan ini.
2.
Tugas-Tugas
Psikologi Ibu (Salmah,dkk.
2006)
Rubin (1984) mengidentifikasi 4
tugas ibu hamil untuk memelihara fetusnya dan keluarga memasukkan anak tersebut
ke dalam sistem keluarga, yaitu :
a. Memastikan
keamanan kehamilan dan persalinan dengan cara :
· Mencari
pemeriksaan ibu hamil yang baik
·
Mencari aktivitas
merawat diri (diet,olahraga)
b.
Mencari lingkungan yang
menerima anaknya. Ia memerlukan dukungan dari kelompoknya, misalnya keluarga
atau bergantung pada kelompok. Figur suami perlu membantu penyesuaian untuk
mendapatkan identitasnya sebagai ibu. Bila di rumah ada anak-anak yang lain, ibu juga perlu
memastikan penerimaan mereka terhadap anak yang akan lahir. Diperlukan hubungan
yang ekslusif, perempuan dan suami atau ibu dengan anak pertama yang dapat
menimbulkan stress. Penerimaan sosial bagi ibu yang remaja atau orang tua
tunggal akan lebih sulit.
c. Mencari
kepastian dan penerimaan diri sebagai ibu. Selama trimester pertama keberadaan
anak adalah abstrak. Dengan “Quickening” anak mulai menjadi nyata ada, dan
ibunya mengembangkan hubungan melalui pengalaman atas gerakan anak dalam
perutnya merupakan cara yang ekslusif untuk merasakan cintanya. Ia lalu
berfantasi membayangkan anak yang ideal, yang akan memotivasinya untuk berperan
sebagai ibu (Mercer, 1995). Rasa cintanya itu akan meningkatkan komitmennya
untuk melindungi fetusnya termasuk secara lahir.
d. Menyiapkan
Kelahiran. Banyak
aktivitas yang dilakukan untuk menyambut
kelahiran, dengan membaca buku, melihat film, mengikuti kelas-kelas pendidikan
menjadi orang tua, dan berdiskusi dengan wanita-wanita lain. Mereka mencari tahu cara perawatan
yang memungkinkan (Patterson et sl, 1990).
3.
Penyesuaian
Psikologi pada
Ibu dan
Prosesnya (Varney, Helen, dkk. 2006)
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni
suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada di dalam
kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status
yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu
untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama
kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh
wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya
cepat sekali berubah. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga
dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi
sangat berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka pada dirinya sendiri
dan suka berbagi kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angan,
fantasinya dan arti kata-katanya, objek, pariwisata, konsep abstrak, seperti
kematian, kehidupan, keberhasilan dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi
bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau
mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Wanita hamil memiliki kondisi yang
sangat rapuh. Mereka sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri
maupun pada bayinya. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak mereka pahami karena
mereka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka
jalani sedang berada dalam suatu proses yang tidak berubah kembali. Hal ini
membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan sebagian lainnya menjadi
tidak menuntut. Saat ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan saran
selaras dengan uasaha mereka mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam
membayangkan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran yang baru, perubahan
dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak dipahami serta makna dari semua hal
ini.
Selama kehamilan berlangsung,
terdapat rangkaian proses psikologi khusus yang jelas, yang kadang nampak
berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan
proses psikologi ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian
trimester ini akan digunakan pada
diskusi berikut. Respon psikologi umum terhadap kehamilan yang baru dibahas dan
proses maupun proses psikologi lain dapat terulang lagi pada kehamilan
berikutnya.
a. Trimester Pertama (Varney, Helen dkk. 2006)
Trimester pertama sering dianggap
sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan
arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting pada
trimester pertama kehamilan.
Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen
tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kecemasan,
penolakan, kekecewaan, depresi dan
kesedihan.
Hingga kini masih diragukan
bahwa seorang wanita lajang bahkan
yang telah merencanakan dan
menginginkan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil tidak
mengatakan pada dirinya sendiri sedikitnya satu kali bahwa dirinya bahwa
sebenarnya berharap tidak
hamil.
Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena ia cenderung
menyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya ini karena perasaan
tersebut bertentangan dengan apa yang menurutnya semestinya ia rasakan. Jika ia
dibantu memahami dan menerima ambivalensi
dan perasaan negatif
tersebut sebagai
suatu hal yang normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa sangat bersalah jika
nantinya bayi yang ia kandung meninggal saat dilahirkan atau terlahir cacat
atau abnormal. Ia akan
mengingat pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester pertama dan merasa
bahwa ia adalah penyebab tragedi tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia
dapat menerima pikiran tersebut dengan baik.
Fokus wanita adalah pada dirinya
sendiri. Dari fokus pada dirinya sendiri ini, timbul ambivalensi mengenai
kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang
pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan untuk kehidupannya kelak (terutama apabila ia memiliki
karier). Tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya,
kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu,
masalah-masalah keuangan dan rumah tangga dan penerimaan orang-orang terdekat terhadap
kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan seiring ia menerima
kehamilannya. Penerimaan ini biasanya terjadi
pada akhir trimester pertama dan
difasilitasi oleh perasannya sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai
mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulkan konflik yang ia alami.
Sementara itu, beberapa ketidaknyamanan
pada trimester pertama seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan,
kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia
alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang
kehamilannya.
Beberapa wanita, terutama mereka
yang telah merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita
sekaligus tidak percaya bahwa ia telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada
setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat
menyenangkan apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal telah
beberapa kali mengalami keguguran dan bagi tenaga kesehatan yang professional
yang cemas kemungkinan terjadi keguguran kembali atau trauma. Pada wanita ini
sangat tidak sabar menunggu hasil akhir trimester pertama sebagai suatu batu
loncatan sehingga setelah trimester pertama ini terlewati, mereka dapat merasa
santai dan percaya sepenuhnya terhadap kehamilan mereka.
Beberapa pasangan memilih untuk tidak memberi tahu pihak manapun
mengenai kehamilannya hingga trimester pertama dan menghindari rasa pahit yang
mungkin timbul dengan menceritakan pada
orang lain jika ternyata mereka mengalami keguguran. Pasangan lain memilih
berbagi kebahagiaan dan kegembiraan setelah mereka mengetahui dan
mempertimbangkan bahwa mereka memiliki sistem
pendukung yang siap-sedia jika keguguran terjadi.
Berat badan sangat bermakna bagi
wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu
realitas tentang keadaannya kerena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya
hamil. Bagi kebanyakan wanita, peningkatan berat badan ini dapat dinilai
sebagai janin yang berada dalam kandungan mengalami pertumbuhan meskipun
buktinya tidak terlihat secara fisik. Wanita merasa pertambahan berat badan
tersebut berada dalam kendalinya dan mengkonstribusi pertumbuhan
abdomennya, yang berarti berkontribusi pada kandungannya. Sebaliknya, wanita
yang mengandung dan berusaha menyembunyikannya akan berusaha menahan lapar agar
tidak terlihat hamil sementara berusaha mengatasi masalah dan membuat keputusan
untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka.
Validasi kehamilan dilakukan
berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan
tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti paling kuat adalah
terhentinya menstruasi dan perubahan payudara berulang-ulang dipelajari.
Validasi ini menjadikan temuan-temuan pada panggul, terutama yang mengaruh pada
kehamilan menjadi sangat penting. Wanita tersebut berulang-ulang memperhatikan foto
hasil ultrasonografi sejak awal. Selain trimester pertama, kehamilan wanita
menjadi rahasianya sendiri, yang hanya ia bagikan kepada orang-orang tertentu
yang ia kehendaki. Pikirannya
sebagian besar meliputi apa yang sedang terjadi pada dirinya, tubuhnya dan
kehidupannya. Pada saat ini, bayi yang ia kandung masih belum dianggap sebagi
mahkluk yang terpisah dari dirinya.
Hasrat seksual pada trimester
pertama bervariasi antara wanita yang satu dan wanita yang lainnya. Meski
beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum
trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini
memerlukan komunikasi yang jujur dan
terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan
kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum
dipengaruhi oleh keletihan, kekhawatiran. Dan masalah-masalah lain yang
merupakan hal yang normal terjadi pada trimester pertama.
b. Trimester
Kedua (Varney, Helen, dkk. 2006)
Trimester kedua sering
dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman
dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke
dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya
terbagi atas dua fase: pra-quickening dan
pasca-quickening.
Quickening
menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan
bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari
ibunya.
Menjelang akhir trimester
pertama dan selama porsi pra-quickening trimester
kedua berlangsung, wanita tersebut akan mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi
kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Wanita
tersebut mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali beberapa hal
yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah
dialami oleh wanita dan ibunya, atau mungkin masih dirasakan hingga kini,
dianalisis. Potensial kemungkinan timbulnya masalah interpersonal pada hubungan
pada ibu dan anak sebaiknya dikaji. Dengan pengkajian ini, akan muncul suatu
pengertian dan penerimaan terhadap kualitas-kualitas yang dimiliki ibu, yakni
kualitas yang ia hargai dan hormati. Kualitas lain, yakni kualitas yang negatif
dan tidak diinginkan dan tidak dihargainya, dapat ia tolak. Penolakan ini
dapat menimbulkan perasaan bersalah dan konflik personal kecuali wanita
tersebut memahami bahwa proses ini normal dan bahwa penolakan terhadap kualitas
tertentu yang ada pada ibunya, dalam ia mengambangkan identitas keibuannya
sendiri, tidak berarti ia menolak ibunya sebagai pribadi.
Hal lain yang terdapat dalam
proses ini ialah evolusi wanita tersebut mulai dari menjadi seorang penerima
kasih sayang dan perhatian (dari ibunya) kemudian menjadi pemberi kasih dan
perhatian (persiapan untuk menjadi seorang ibu). Ia akan mengalami konflik
berupa kompetisi dengan ibunya agar dapat terlihat sebagai ibu yang ‘baik’.
Penyelesaian aktual dalam konflik ini tidak akan berlarut-larut sampai lama
setelah bayi dilahirkan, tetapi perhatian wanita hamil terhadap ibunya dan
proses-proses yang berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi
perubahan identitas dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang. Pada saat
yang sama ia juga menjadi penerima kasih sayang, menuntut perhatian dan cinta
kasih, yang akibatnya, ia simpan bagi bayinya sesuai dalam peranannya sebagai
pemberi kasih sayang.
Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah perubahan
karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak sosial berubah.
Ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru lainnya, dan
minat serta aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak, dan
persiapan untuk menerima peran yang baru. Pergeseran nilai sosial ini menimbulkan kebutuhan akan sejumlah
proses duka cita, yang kemudian menjadi katalis dalam memperkirakan peran
barunya. Duka cita tersebut timbul karena ia harus merelakan hubungan,
kedekatan, dan peristiwa maupun aspek tertentu yang ia miliki dalam peran
sebelumnya yang akan terpengaruh dengan hadirnya bayi dan peran barunya. Hal
ini tidak berarti bahwa ia harus meninggalkan semua hubungan dan ikatan yang ia
miliki, tetapi yang jelas terjadi perubahan dan ikatan tersebut. Terkadang,
seorang wanita hamil berada di lingkungan kerja tanpa seorang pun memahami
kehamilannya atau orang-orang dalam kontak sosialnya tidak sedang mengandung
ataupun mereka memiliki anak remaja sehingga memiliki masalah yang berbeda.
Pada situasi seperti ini,
wanita tersebut dapat mengalami kesulitan untuk menemukan wanita hamil lain
untuk diajak berbicara dan membandingkan perubahan-perubahan fisik yang
dialaminya. Memanfaatkan kesempatan, seperti bergabung dengan kelas latihan
kehamilan, dapat memberi wanita tersebut kontak sosial baru dengan wanita hamil
lain seperti yang ia harapkan. Bagi wanita multipara, hal ini mencakup
terputusnya hubungan yang telah terbina dengan anak-anak lain seiring ia
mempersiapkan kondisi rumah dan keluarganya untuk menyambut perubahan yang
dihadirkan oleh bayi baru mereka nanti. Sebagian besar perubahan peran dan
peran baru wanita tersebut diuji coba, dikembangkan, dan dimurnikan dalam
fantasi, imajinasi, dan angan-angan.
Quickening memudahkan
wanita mengonseptualisasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya
sendiri. Kesadaran baru ini memulai perubahan dalam fokusnya dari diri sendiri
kepada bayi yang ia kandung. Secara bertahap perubahan ini terlihat dari
pengalaman mimpi bahwa orang lain, biasanya orang yang tidak dikenal, sedang
terluka. Mimpi-mimpi ini umumnya diartikan sebagai ekspresi kewaspadaan ibu
mengenai ancaman terhadap bayinya. Pada saat ini jenis kelamin sang bayi bukan
hal yang penting. Perhatian ibu adalah pada kesejahteraan bayi dan menyambutnya
menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita merasa
lebih erotis selama trimester kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan
yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan
sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan
fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina
semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah
mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi
seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut
mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
c. Trimester
Ketiga (Varney,Helen,dkk.2006)
Trimester kedua sering
dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode wanita merasa nyaman
dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.. Ada
perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya
berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala
persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan
waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi
orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera
dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya, menjadi hal yang
terus-menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Orang-orang di sekitarnya
kini mulai membuat rencana untuk bayi yang dinantikan dan bahkan merencanakan baby-shower. Wanita tersebut menjadi
lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau
apapun yang ia anggap berbahaya. Ia membayangkan bahwa mengintip dalam dunia di
luar sana. Memilih nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran
bayi. Ia menghadiri kelas-kelas sebagai persiapan menjadi orang tua.
Pakaian-pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli. Kamar-kamar disusun dan
dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak
spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul
pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan
kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal,
terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal yang tidak
diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak
mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya
akan mengalami cedera akibat tendangan bayi. Mimpi-mimpi yang dialaminya
merefleksikan rasa penasaran dan ketakutannya. Ia mengalami mimpi yang sebagian
besar mengenai bayi, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terperangkap
dalam sebuah ruangan yang sangat kecil dan tidak mampu keluar. Ia kemudian
menyibukkan diri agar tidak memikirkan hal-hal yang menakutkan atau hal-hal
lain yang tidak diketahuinya.
Ia juga mengalami proses duka
lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain
selama ia hamil, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari,
dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan
mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang
umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih
lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan
ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan
merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar
dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan
hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena
abdomennya yang semakin besar halangan. Alternatif posisi dalam berhubungan
seksual dan metode alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat
menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa nyaman dengan cara-cara tersebut.
Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda
menjadi penting.
No comments:
Post a Comment